Rubrikasi Khazanah Gereja
( Oleh : Idus Masdi )
Ibadat Jalan Salib yang dirayakan oleh umat setiap hari Jumat dalam masa Prapakah memiliki sejarah yang panjang dengan berbagai variasi. Dalam bahasa Latin Jalan Salib disebut dengan Via Crucis, atau Via Dolorosa yang berarti Jalan Penderitaan. Via Dolorosa merujuk pada penggambaran masa-masa terakhir hidup (penderitaan) Yesus.
Dalam perkembangan penghayatan iman, Jalan Salib selalu dihayati sebagai salah satu bentuk visualisasi devosi mengenang setiap peristiwa derita yang dirasakan Yesus. Sebagian besar Gereja Katolik Roma menggunakan lukisan, relief yang memuat setiap peristiwa sengsara di setiap pemberhentiannya, bahkan ada pula yang divisualisasi dalam bentuk drama yang biasa disebut Tablo. Devosi ini sesungguhnya bisa dilakukan kapan saja, tapi paling umum dilakukan pada masa Pra-Paskah, terutama pada Hari Jumat Agung dan pada Jumat malam selama masa Pra-Paskah.
Bila menengok ke masa silam, tampaklah kepada kita bahwa devosi Jalan Salib ini telah berakar lama dalam Gereja Katolik, yang diawali dengan tradisi para peziarah yang mengunjungi Yerusalem. Sejak abad keempat, jaman Kaisar Konstantin, para peziarah telah mempunyai tradisi berdoa merenungkan sengsara Yesus melalui jalan yang sekarang dikenal dengan Via Dolorosa. Tradisi menyebutkan bahwa setiap hari setelah wafat-Nya, Bunda Maria mengunjungi rute perjalanan sengsara Puteranya Yesus, dari tempat-Nya dihukum mati sampai ke Golgota. St. Hieronimus juga menyebutkan banyaknya peziarah yang mengunjungi tempat-tempat kudus di Yerusalem pada zamannya. Dari sinilah bisa diketahui bahwa tradisi merenungkan sengsara Yesus Kristus lewat Jalan Salib sudah berlangsung lama.
Pada awalnya tradisi tersebut hanya berkembang di Yerusalem dan daerah sekitarnya. Baru pada abad ke-12 ibadat Jalan Salib mulai masuk ke dunia barat, yang disebarluaskan oleh Tentara (Ksatria) Perang Salib. Mereka menjelajah dan mengenal kota-kota suci yang telah dikuduskan oleh penderitaan dan kematian Yesus, kemudian mereka membawa tradisi itu ke tanah air mereka. Setelah itu, hampir semua Gereja didunia Barat, teristimewa pada masa Prapaskah, penderitaan dan wafat Yesus Kristus diperingati secara khusus.
Para Paus mendorong perkembangan ibadat Jalan Salib ini dengan memberikan indulgensi. Dalam waktu singkat, ibadat ini berkembang pesat ke seluruh pelosok dunia dan dapat dikatakan bahwa devosi dan ibadat ini menjadi kebiasaan umat beriman dan sangat digemari di seluruh dunia. Untuk memperoleh indulgensi, orang harus menjalani jalan salib dari stasi ke stasi dan bila dilakukan dalam suatu ibadat bersama akan diberikan indulgensi istimewa.
Tradisi menyebutkan bahwa penyebarluasan devosi Jalan Salib di dunia Barat (Eropa) tidak lepas dari peran Ordo Fransiskan (OFM). Pada tahun 1342 otoritas Gereja menyerahkan beberapa tempat di Yerusalem kepada Ordo Fransiskan pada 1342, dan tidak lagi setelah devosi Jalan Salib berkembang pesat. Tokoh yang memprakarsai kegiatan devosi Jalan Salib adalah Santo Santo Fransiskus Asisi (pendiri Ordo Fransiskan), terutama setelah beliau menerima “Stigmata” (Lima Luka Yesus). Setelah itu Fransiskus bersama dengan rekan-rekan sekomunitasnya terus melakukan devosi Jalan Salib secara konsisten sebagai bagian dari permenungan misteri sengsara Tuhan Yesus mulai dari Taman Getsemani hingga wafat-Nya di puncak Golgota. Tradisi suci itu akhirnya berkembang begitu cepat di seluruh daratan Eropa pada abad pertengahan. Para biarawan Fransiskan saat itu melakukan dua devosi yaitu: Inkarnasi Yesus dan Sengsara Yesus yang masing-masing dilambangkan dengan buaian dan salib. Untuk menyemarakkan devosi itu, kemudian biarawan Fransiskan menciptakan lirik Stabat Mater yang sampai kini selalu dinyanyikan untuk mengiringi upacara Jalan Salib. Lirik ini telah tersebar dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Pada awalnya Jalan Salib tidak ada perhentian-perhentian seperti sekarang. Rute yang ditempuh dalam rangka Jalan Salib berubah dari waktu ke waktu. Malahan, masing-masing kelompok umat menawarkan sejumlah perhentian berbeda dan menetapkannya pada lokasi yang berbeda pula. Maka setelah itu dikenal beberapa versi Jalan Salib, seperti yang ditetapkan oleh Alvarest Yang Terberkati (1420), Eustochia, dan Emmerich (1465) dan Ketzel. Baru pada pada abad ke 18, Paus Klemens XII menetapkan jumlah dan lokasi perhentian Jalan Salib secara definitif sampai sekarang. Ke-14 perhentian Jalan Salib yang telah disetujui oleh pihak otoritas Gereja Katolik adalah: Perhentian 1: Yesus dijatuhi hukuman mati; 2: Yesus memikul salib ke gunung Golgotha; 3:Yesus jatuh untuk pertama kalinya; 4:Yesus berjumpa dengan Bunda Maria, Ibu-Nya; 5: Simon dari Kirene membantu memikul salib Yesus; 6: Veronika mengusap wajah Yesus; 7:Yesus jatuh untuk yang kedua kalinya; 8: Yesus menghibur wanita-wanita yang menangis; 9: Yesus jatuh untuk ketiga kalinya; 10: Pakaian Yesus ditanggalkan; 11: Yesus dipaku pada kayu salib; 12 : Yesus wafat di kayu salib; 13: Yesus diturunkan dari kayu salib; dan 14: Yesus dikuburkan.
Dari 14 Perhentian Jalan Salib, hanya 8 diantaranya yang tertulis dengan jelas di Alkitab. Sementara perhentian 3, 4, 6, 7, dan 9 tidak tertulis secara implisit di Alkitab, termasuk perhentian ke-13 (Yesus diturunkan dari Salib oleh Yusuf dari Arimatea) dianggap sebagai tambahan saja agar terlihat lebih runtut. Untuk memberikan versi yang lebih tepat (sesuai dengan yang tertulis di Alkitab, Paus Yohanes Paulus II memperkenalkan versi baru yang disebut “Scriptural Way of Cross” (Jalan Salib menurut Alkitab) pada Jumat Agung tahun 1991. Pada 2007, Paus Benediktus XVI menyetujui versi ini dan dapat dipakai dalam meditasi dan perayaan, dengan urutan sebagai berikut: Perhentian 1: Yesus di Taman Getsemani; 2: Yesus dikhianati Yudas dan ditangkap; 3: Yesus diadili oleh Sanhedrin (Makhamah Agama); 4: Yesus disangkal oleh Petrus; 5: Yesus diadili Pilatus: 6: Yesus dicambuk dan dimakhotai duri; 7: Yesus memanggul salibnya; 8: Yesus dibantu Simon dari Kirene untuk memanggul salibnya; 9: Yesus bertemu dengan wanita-wanita Yerusalem; 10: Yesus disalibkan; 11: Yesus menjanjikan kerajaannya kepada pencuri yang disalibkan bersamanya: 12: Yesus menitipkan Maria dan Yohanes untuk saling merawat satu sama lain; 13: Yesus wafat di salib; 14. Yesus dibaringkan di kuburnya.