Kita pasti masih ingat waktu di sekolah dasar sudah dikenalkan istilah Manusia sebagai mahkluk sosial, apa artinya? Artinya bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, karena saling tergantung dengan orang lain. Namun kenyataannya, kita sering tidak peka terhadap sesama kita.
Kadang kala kita memang terlalu asyik dengan apa yang ada pada diri kita sendiri, mulai dari persoalan pribadi, rutinitas kerja, harta dan kesenangan-kesenangan yang membuat diri kita lupa, bahwa masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita. .
Kita selalu berdoa dan memohon,,,,Tuhan…… curahkanlah segala rahmat, berkat dan karunia-Mu atas diri saya, ajarilah saya juga untuk melakukan segalanya yang sesuai dengan kehendak-Mu, agar hidupku dapat berkenan di hadapan-Mu, menjadi sumber sukacita dan berkat bagi sesama……Amin.
Kita pintar berdoa dan kadangkala pintar juga untuk memberikan nasihat atau saran yang baik kepada orang lain, tetapi mampukah kita untuk menasihati diri kita sendiri ? Itulah terkadang tanpa kita sadari di dalam diri kita masih tertular oleh virus-virus munafik yang dapat mengecewakan orang lain terutama sang Pencipta, mengapa? Kita semua tahu dan mungkin masih ingat bahwa sejak kecil kedua orangtua kita dan para guru kita selalu mengajarkan dan menasihati untuk saling peduli kepada sesama, tetapi semua itu hanya diucapkan oleh bibir saja bukan dengan hati dan perbuatan nyata. Kita selalu menyebut diri kita seorang yang beriman berlandaskan Katolik, tetapi hati kita sering tidak peka dan peduli terhadap penderitaan dan kebutuhan sesama yang ada di sekitar kita.
Barangkali diantara pembaca ada yang masih ingat Film Kisah Nyata “Lentera Hati Priska” Gadis Tuna Netra, yang tidak bisa melihat dunia, namun di tengah keterbatasannya dia justru mampu memberi cahaya bagi orang banyak, dialah pendiri The School Of Life (TSOL)) yaitu Rumah bagi puluhan penyandang cacat, orang terlantar hingga penderita gangguan jiwa yang berdiri sejak tahun 2006 di Kota Semarang.
Priska saat ini berusia 34 tahun dan selama itu pula ia tidak bisa melihat dunia. Namun mata hatinya justru mampu melihat banyak orang yang membutuhkan uluran tangan. Sebelum membantu orang-orang yang kurang beruntung tersebut, Priska harus melewati kehidupan yang cukup sulit penuh tantangan dan rintangan.
Sebagai anak yang terlahir tidak diinginkan, beragam cara pengguguran dilakukan orang tuanya sehingga dirinya mengalami cacat. Ia kemudian sempat mencoba untuk melakukan beragam profesi seperti kondektur, penjual kue, penyanyi kafe, preman pasar sampai penyiar radio.
Dengan bermodal nekat dan percaya akan ke-Agungan Tuhan, Priska mengaku mencoba membangun TSOL. Dan ia tidak pernah menyerah untuk melakukan kebajikan-kebajikan. Untuk kehidupan sehari-hari, Priska, teman-teman tim pengabdi, dan beberapa anak asuhnya turun langsung mencari uang. Mulai dari menjadi pengupas bawang merah, badut pengisi acara resepsi, sampai berjualan sembako dan pakaian bekas.
Semua pekerjaan yang dilakukan untuk membantu sesama hingga ia mampu membangun TSOL, guna membantu orang-orang yang membutuhkan.
Kalau kita baca kisah tersebut diatas, Priska seorang gadis yang dengan keterbatasannya mampu berbuat baik bagi sesama, lalu bagaimana dengan diri kita? Kita telah diingatkan bahwa kita harus menjadi sesama bagi siapa pun dan harus menjadikan siapa pun sebagai sesama kita.
Peduli terhadap sesama adalah perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh sesama/orang lain dan terdorong untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan yang nyata sehingga masalah dapat teratasi, perlunya memiliki rasa kepedulian sosial adalah karena manusia saling membutuhkan, kerja sama dengan orang lain dapat terbina dengan baik apabila masing-masing pihak memiliki rasa kepedulian sosial.
Manfaat dari rasa Perduli terhadap sesama:
- Menumbuhkan sikap positif dalam diri kita sendiri, serta mengurangi sifat egois didalam diri kita
- Dapat merasakan penderitaan orang lain, sehingga kita dapat mengerti keadaan orang lain, serta dapat mengurangi beban dan penderitaan yang sedang dihadapi oleh orang lain.
- Membuat orang lain menjadi suka cita, karena kepedulian kita padanya, serta menumbulkan benih-benih hubungan yang harmonis diantara sesama.
- Dapat memperbanyak teman, dan mempererat tali persaudaraan.
- Dapat menciptakan masyarakat yang memiliki tingkat sosial yang tinggi.
“Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Lukas 10:27).
Peduli merupakan sifat yang banyak menggunakan hati dan perasaan, dan dilaksanakan dengan ketulusan. Oleh karena itu kitapun bisa mengasah rasa kepedulian kita terhadap sesama, lakukanlah melalui sikap, perkataan dan perbuatan, karena kepedulian kita akan membangkitkan semangat hidup saudara-saudara kita. Peduli dan Berbagi itu sangat Indah.
Salam damai…….. Tuhan memberkati.
“TIADA SYUKUR TANPA PEDULI”