Kristologi : Apa saja yang diketahui Yesus dan kapan ?
Kitab Suci : Apakah semua yang tertulis dalam KS adalah kebenaran historis?
Kehadiran Allah : Bagaimana Allah berbicara kepada kita?
Keselamatan : Apakah kita membutuhkan Kristus, atau kita bisa meyelamatkan diri sendiri?
Penderitaan : Mengapa Allah membiarkan orang tak berdosa menderita?
Agama-agama : Apakah Kristen merupakan satu-satunya agama yang paling benar?
Perbedaan : Apakah kita bisa tidak setuju tapi tetap beriman?
Dunia : Apakah sebuah tempat berahmat atau tempat pencobaan?
Etika : Bagaimana kita memutuskan yang benar dan yang salah?
Komitmen : Apakah janji selalu berarti selamanya?
Iman dan pengetahuan : Haruskah kita hanya percaya tanpa berpikir?
Keberlanjutan : Apakah agama akan berubah sesuai jaman?
Kristologi :
Apa saja yang diketahui Yesus dan kapan?
Pengantar :
Siapakah Yesus dari Nazareth? Usaha untuk menjawab pertanyaan ini tidak pernah berakhir. Pertanyaan ini senantiasa memacu begitu banyak orang mulai dari mereka yang hidup 2000 tahun yang silam sampai dengan manusia jaman ini untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini. Ada jawaban klasik yang muncul, yaitu bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Jawaban inilah yang akan menjadi starting point bagi kita untuk menggeluti dilemma ini.
Ada sebuah ilmu yang berusaha untuk mempelajari siapa itu Yesus Kristus. Ilmu itu adalah Kristologi. Dalam ilmu ini dipahami bahwa Yesus Kristus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Namun dalam ilmu ini ada 2 kecenderungan yang muncul dalam pemahaman akan Yesus, yaitu High Christology (Kristologi dari atas) dan Low Christology (Kristologi dari bawa). Keduanya tetap mengakui ke-Ilahian dan ke-manusiaan Kristus tapi dengan penekanan yang berbeda. Yang satu memberi penekanan pada ke-Ilahian Kristus dan yang lain menekankan ke-manusiaan Kristus. Salah satu cara untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya adalah dengan mengajukan pertanyaan hipotesis di atas: Apa saja yang diketahui Yesus dan kapan?
Hal ini berkaitan dengan ‘pengetahuan Yesus’. Sebagai contoh: Apakah Yesus tahu bahwa dunia itu bulat? HC akan mengatakan bahwa Yesus tahu bahwa dunia itu bulat karena Dia adalah Allah dan Dia yang ikut menciptakan manusia. Tetapi LC akan mengatakan bahwa Yesus juga memiliki keterbatasan seperti manusia pada jaman itu, maka tentu saja bagi Yesus dunia adalah persegi. Untuk lebih mempermudah pemahaman kita akan pendekatan yang digunakan oleh kedua Kristologi ini, baiknya kita menggunakan KS sebagai acuan.
Namun harus selalu disadari bahwa bahwa ketika berhadapan dengan Kitab Suci, kita pun selalu dihadapkan pada 2 persoalan berkaitan dengan Kristologi. Pertama, problem akan historisitas KS. Pertanyaan yang mucul adalah apakah semua yang tertulis dalam KS sesuai dengan kata-kata Yesus? Atau apa yang tertulis dalam KS adalah hasil refleksi para penulis Injil? Misalnya: dalam Mrk 8:31: “Anak manusia harus menderita,….. dan pada hari ketiga akan bangkit.” Apakah Yesus sudah tahu bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga setelah kematian-Nya atau kalimat itu merupakan hasil refleksi dari Markus setelah mengalami kebangkitan Yesus?
Kedua, apa yang tertulis dalam KS memperkuat posisi masing-masing Kristologi. Misalnya, LC menggunakan kisah Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah untuk mengungkapkan bahwa Yesus sungguh manusia dengan emosi-emosi yang juga dimiliki manusia. Namun HC akan menggunakan kisah Yesus berjalan di atas air dan mujizat-mujiat lain untuk mengungkapkan bahwa Yesus sungguh Allah dengan kekuasaan Ilahi yang tidak mungkin dimiliki oleh manusia. Untuk lebih jelas kita perlu mendalami sisi kuat dan kritik terhadap kedua Kristologi ini.
Low Christology :
LC menghadirkan Yesus sebagai orang yang sungguh mengalami puncak dan kedalaman pengalaman manusia. Ia merayakan pesta perkawinan, dikelilingi oleh anak-anak, menangisi kematian sahabatNya Lazarus, dikhianati oleh murid-Nya, mengalami penderitaan bathin yang hebat di Getzemani, dan ketika mengalami kematian perlahan-lahan di atas salib, Ia berseru, “Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Daku?” Banyak orang Kristiani merasakan kedekatan dengan Yesus yang demikian, yang ikut merasakan kegembiraan dan rasa sakit yang dialami oleh manusia. Dan pada saat yang bersamaan, Ia mewartakan pesan cinta kepada semua manusia. Untuk mengilustrasikan pesan-pesannya, Ia menggunakan pengalaman manusiawi: gembala yang kehilangan dombanya, wanita yang kehilangan mutiaranya, peziarah yang dirampok. Gambaran dari kemanusiaan Yesus yang terungkap dalam Injil adalah sebagai pribadi yang penuh belas kasih (Mrk 1:41; Yoh 8:7-11).
Kritik yang ditujukan untuk LC antara lain: pertama, penekanan pada kemanusiaan Yesus menjadi berbahaya karena menghilangkan keunikan Yesus. Yesus hanya menjadi seperti guru-guru besar atau orang-orang bijaksana yang lain. Jika Dia seperti guru-guru besar yang apakah Dia mampu menjadi seorang penyelamat dunia? Dapatkah Yesus mengampuni dosa-dosa kita? Kedua, berkaitan dengan daya tahan dari ajaran Yesus. Jika Yesus seperti halnya manusia yang lain maka Ia tentu saja memiliki keterbatasan dan bisa salah. Dan ketiga, berkaitan dengan kekudusan Yesus. Jika Yesus seperti manusia yang lain maka Ia bisa juga mengalami rasa cemburu, rakus, dan pada akhirnya apakah Yesus berdosa (bdk Ib 4:15)?
High Christology :
HC merasa bahwa mereka bisa menghindari berbagai kritik yang ditujukan kepada LC. Bagi HC, Yesus bukan hanya sekedar manusia yang tercerahkan, IA sungguh Putera Allah, Sabda Allah (Yoh 1:1). Yesus adalah inkarnasi Allah seperti dalam Yohanes, maka IA dan Bapa adalah satu (Yoh 10:30). Maka bagi HC, Yesus sungguh berbeda dengan semua manusia yang ada di muka bumi. Ia bukan sekedar pengajar karismatik atau guru kebijaksanaan, Ia adalah Putera Allah, IA adalah gambar Allah (Kol 1:15-17).
Pandangan HC ini memiliki berbagai konsekuensi. Pertama, semua pengajaran Yesus tidak lain adalah Sabda Allah dan benar selamanya, tidak terkikis oleh jaman. Kedua, inkarnasi mengungkapkan cinta Allah bagi dunia. Allah tidak menolak dunia tetapi menjadi bagian dari dunia. Dan ketiga, kita memiliki janji keselamatan kekal yang disampaikan oleh Sang Penyelamat sendiri (Yoh 14:3-4). Kita menjadi yakin bahwa dosa dan kematian akan teratasi.
Namun ada dua kritik yang diajukan kepada HG, yang satu berkaitan dengan pribadi Yesus sendiri dan yang kedua berkaitan dengan relasi kita dengan Yesus. Pertama, apakah ke-Ilahian Yesus mengatasi kemanusiaan-Nya? Gereja mengajarkan bahwa Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Kita hanya bisa berspekulasi apakah mungkin ada saat dimana keduanya bertentangan atau keduanya selamanya seiring? Kedua, berkaitan dengan ke-Ilahian Yesus. HC menjadi sangat berbahaya jika mengabaikan kemanusiaan Yesus. Mampukah kita mengikuti semua ajaran dan tindakan Yesus? Kita bisa saja beralasan: “Dia kan Allah jadi Dia bisa melakukan semuanya sedangkan saya seorang manusia dan tidak bisa seperti Dia.”
Jalan Tengah :
Dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing Kristologi, muncul dilemma: Bagaimana sebaiknya kita memahami Yesus, menurut LC atau HC? Ada usaha untuk mencari jalan tengah yang disebut dengan “Developmental Christology” (Kristologi Perkembangan). Berkaitan dengan pertanyaan tentang ‘pengetahuan Yesus akan masa yang akan datang’, DC mengusulkan bahwa Yesus bertumbuh dalam kesadaran akan identitas diriNya. Ia terus bertumbuh sampai pada kesadaran yang penuh akan identitasNya sebagai sungguh manusia dan Allah. Namun Kristologi ini juga meninggalkan pertanyaan, pada saat kapan Yesus menyadari secara penuh indentitasNya? Apakah pada saat remaja Ia sudah menyadari atau pada saat Ia mulai berkarya? Ketika Yesus menyadari ke-IlahianNya, apakah kemanusiaanNya menjadi berkurang? Dapatkah yang Ilahi bisa takut seperti yang dialami oleh manusia?
Penutup :
Setiap Kristologi berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu tetapi tidak bisa menjawab semua pertanyaan. Akan selalu ada ketegangan antara kemanusiaan dan ke-Ilahian Yesus dan setiap Kristologi memberi penekanan yang berbeda. Maka ada ketakutan bahwa jangan-jangan kita yang menciptakan ‘seorang Yesus’ menurut cara pandang kita masing-masing. Oleh karena itu, perlu selalu tertanam dalam diri kita bahwa ‘misteri pribadi Yesus Kristus’ tidak pernah habis. Satu perspektif tidak bisa menjelaskan semua kedalaman dan kekayaan pribadi sang nabi dari Nazaret.
Pada satu sisi kita bisa mengalami Yesus yang begitu manusiawi, yang ikut merasakan semua yang kita rasakan, tertawa bersama kita dan menangis bersama kita ketika kita sedih. Namun pada sisi yang lain kita tetap membutuhkan Yesus yang adalah Putera Allah, yang datang ke tengah-tengah kita untuk menyelamatkan, menghapus segala dosa kita. Inilah dilemma Kristologis.
Pertanyaan Diskusi :
1) Kristologi mana yang Anda pilih, LC? HC? DC? Mengapa?
2) Keberatan apa yang kira-kira muncul terhadap pilihanmu tersebut? Bagaimana Anda menanggapinya?
3) Kisah Injil mana yang menurutmu paling menarik? Mengapa?
4) Ketika Yesus masih kecil, apakah Dia tahu bahwa Yudas akan mengkhianatiNya?
Ditulis di : gereja Santa Odilia, 21 Februari 2015
Oleh : Asran Making, SS.CC