( Oleh : Lubertus Agung )
Tema diatas mengacu pada ARDAS-2017 yang perlu direnungkan dan juga dihayati oleh seluruh umat Katolik se-Keuskupan Agung Jakarta. Tema tersebut untuk menyadarkan seluruh umat akan pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik, yang menghayati nilai-nilai Pancasila secara utuh dan menyeluruh. Bahkan tema tersebut juga menjadi asupan utama dalam renungan prapaskah di lingkungan kita masing-masing. Namun, bagaimana tema tersebut dimengerti dalam konteks PASKAH kita?
Ardas-2017 mengajak kita untuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Nilai-nilai itu bagaikan mata rantai yang terkait dan tak terpisahkan, artinya nilai-nilai tersebut saling bersinergi. Secara verbal mungkin semua orang sudah simpan rapih di dalam pikirannya sehingga mudah diucapkan. Tetapi mungkin belum terlaksana dalam praktek kehidupannya. Hal inilah yang perlu kita hayati dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks Paskah, kita sudah tahu apa itu Paskah, dari mana Paskah itu berawal dan kapan paskah itu dilaksanakan. Bagi umat Katolik perayaan Paskah sudah mendarah daging karena setiap tahun kita laksanakan. Namun yang perlu kita pahami adalah apa arti paskah bagi kita. Sama seperti Pancasila. Bukan sebutannya yang paling penting, tetapi yang paling penting nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ibarat buah, yang dirasakan bukan kulitnya tapi yang dikecap adalah isinya. Demikian juga Paskah bukan perayaan yang paling diutamakan, tapi inti dari perayaan itu yang perlu dihidupi di dalam kehidupan bersama, keluarga, kelompok umat Katolik itu sendiri maupun dengan masyarakat lainnya (non Katolik). Sebab pohon yang baik dikenal dari buahnya yang baik. Kita hendaknya menjadi orang Kristiani yang berintegritas dalam iman. Artinya perkataan dan perbuatan yang dilandasi iman harus menyatu. Sebab Perkataan dan perbuatan baik yang kita ucapkan dan lakukan adalah buah dari jati diri kita sebagai pengikut Kristus yang hidup hidup bersama orang lain.
Nilai-nilai Pancasila mengarahkan kita untuk menjadi manusia Kristiani yang makin adil dan makin beradab. Makin adil berarti berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran, dan makin beradab berarti telah berkembang tingkat kehidupan lahir dan batinnya. Makin adil makin beradab adalah dua istilah yang saling bersinergi, utuh dan terpadu. Jika disinergikan berarti kehidupan lahir dan batin yang matang akan berpegang teguh pada kebenaran.
Menurut kepercayaan kita bahwa Kebenaran itu sendiri ialah Yesus Kristus. Kita hidup berpedoman pada Kristus dan ajaran-Nya. Kita berpegang teguh pada ajaran-Nya berarti kita sungguh menjadi pengikut-Nya. Hukum cinta kasih yang diajarkan Yesus kepada kita bukan sekedar diucapkan. Tetapi hukum itu nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jika hukum itu hanya sekedar kata, kita tidak bisa disebut sebagai manusia yang makin adil dan beradab. Karena manusia yang makin adil dan beradab menjunjung tinggi pada kebenaran dan berpihak pada kebenaran itu sendiri. Maka dalam konteks Paskah, makin adil dan beradab menuntut kita untuk menjadi manusia Kristiani yang mencintai dan berpihak pada kebenaran, yakni Yesus Kristus dan ajaran-Nya. Bagaimana kita menyatakan hal itu? Tentu dalam konteks ini bahwa perayaan Paskah yang dimulai dari rangkaian masa prapaskah (masa tobat), Minggu Palma (Yesus memasuki kota Yerusalem), Tri Hari Suci dan yang berpuncak pada Minggu Paskah, merupakan wujud kebenaran firman dan tindakan Yesus sendiri, yang dihadirkan kembali oleh gereja dalam seluruh tataran perayaan iman kita. Kekhusukan kita dalam mengikuti rangkaian perayaan paskah adalah tanda cinta kita kepada Yesus. Kita juga turut mengambil bagian dalam tindakan nyata Yesus. Dan kemudian kita menjadi saksi Kebangkitan Kristus dengan menjadi orang beriman yang adil dan beradab.
Selamat Paskah. Kristus telah Bangkit, Alleluya!