Oleh : Sutopo Yuwono
Belajar hingga larut malam
“Sebenernya pada ngapain sih di EJ itu, hingga anak – anak muda itu kok mau maunya datang malam – malam, terkadang sampai larut malam baru pulang, mana rumahnya jauh lagi dan padahal besok masih harus bekerja lagi, apa ga capai?” kira2 begitu seorang kawan bertanya.
“Itu anak orang kamu ajari apa sih? Kok sampai mau datang ke rumah malam – malam, bawa buku dan Kitab Suci dan ngobrol entah ngomongin apa sampai hampir datang tengah malam, padahal tadi saya dengar bahwa dia baru saja pulang kerja karena lembur, apa tidak lelah?”, begitu salah seorang kerabat bertanya pada penulis yg kebetulan terlibat menjadi salah satu fasilitator EJ untuk kelompok OMK dan KKMK.
Mendengar pertanyaan – pertanyaan tersebut, penulis tergerak untuk sedikit menceritakan tentang apa sih yg dilakukan di pertemuan EJ. Sebagai sample, penulis mengambil pertemuan buku 2 sesi 5, Kasih (lanjutan).
Seperti biasa, pertemuan diawali dengan sharing jurnal Emmaus (tentang jurnal Emmaus, bila ada kesempatan akan diceritakan di tulisan lainnya). Di kelompok OMK KKMK, biasanya sebelum doa pembukaan diawali dengan lagu pujian, atau dinyanyikan di tengah – tengah sesi untuk mencairkan kembali suasana, lagu pujian biasa dinyanyikan bersama – sama.
Seusai sharing jurnal, peserta diajak menuliskan dan memahami tujuan dari sesi yang dibahas, dalam contoh di tulisan ini adalah tujuan sesi 5, yaitu :
1. Memahami berbagai macam pelaksanaan nyata kehidupan yg dilandasi kasih;
2. Menggambarkan paling sedikit satu penerapan nyata dari hidup yang berbeda dalam kasih.
Setelah menuliskan dan memahami tujuan sesi 5, peserta mulai diajak masuk dalam paragrap pengantar. Yang ditekankan dalam sesi 5 ini adalah bahwa Kasih adalah hasil dari buah Roh, seperti yang sudah dibahas di sesi sebelumnya. Tentang kasih, diperkuat lagi dengan pernyataan Rasul Paulus bahwa “Allah adalah Kasih”, dan yang akan dipelajari pada sesi ini adalah bahwa “Kasih” adalah kebajikan terbesar dari seorang Kristiani.
Pada paragrap berikutnya, peserta diajak melihat dan memahami bahwa semangat kasih dalam suatu perbuatan – baik itu perbuatan besar maupun kecil – adalah lebih penting dari perbuatan itu sendiri. Dengan kata lain , nilai utama dari suatu perbuatan ditentukan oleh apakah hal tersebut dilakukan dengan kasih.
Pada pengantar ini, peserta diajak menemukan contoh perbuatan yang terkesan besar tapi tidak dilandasi kasih, juga contoh perbuatan perbuatan sederhana yang dilandasi kasih. Kemudian diajak sejenak bermeditasi menyusuri diri sendiri dengan memeriksa batin apakah pekerjaan kita sehari – hari sudah dilandasi dengan semangat kasih.
Belajar Kasih dari Rasul Paulus
Setelah paragrap pengantar, peserta diajak untuk lebih dalam lagi mengenal dan memahami mengenai hidup dalam Kasih. Peserta diajak belajar pada Rasul Paulus tentang hidup yang lebih sempurna serta betapa pentingnya kasih melalui 1 korintus 13 : 1-3 dengan cara membaca, merenungkan dan menuliskan kembali intisari masing – masing ayat.
Setelah mulai mengenal seperti apa prinsip – prinsip hidup dalam kasih, peserta diajak meloncat ke ayat 4 – 6, dimana Rasul Paulus menjelaskan arti kasih menggunakan berbagai kata “tidak” . Di sini peserta diajak memahami arti ungkapan – ungkapan tersebut dengan menggambarkan cara melakukannya dalam kehidupan sehari – hari. “Kasih itu sabar, berarti aku tidak boleh mudah marah dan tersinggung pada orang lain”, begitulah obrolan imaginatif dengan Rasul Paulus melalui pertanyaan – pertanyaan yang untuk menjawabnya harus terlebih dahulu membaca ayat yang ditunjukkan, kemudian bermeditasi memeriksa batin dengan pertanyaan, misalkan, sudahkah aku tidak mudah marah dan tersinggung? Itu hanya salah satu ungkapan, tentunya masih banyak ungkapan – ungkapan lain yg dijadikan bahan perenungan dan meditasi.
Hasil meditasi di atas dipertegas dengan pernyataan pada ayat 7, yang merupakan salah satu prinsip hidup dalam kasih yang tak kalah penting, yaitu “Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” .
Setelah mengelaborasi ayat ayat diatas, peserta diajak menemukan bagian manakah yang paling diinginkan terwujud dalam hidup masing-masing peserta, dan dikembangkan dengan pertanyaan “mengapa?”, mengapa hal itu yang paling diinginkan. Kemudian diajak bermeditasi untuk menemukan bagaimana cara mewujudkan dan mengembangkannya.
Selanjutnya, peserta diajak menelusuri 2 korintus 5 : 14 – 15; Efesus 4 : 1-3; Ibrani 6 : 10;Ibrani 10 : 24 dan 1 Petrus 4 : 8 yang merupakan kunci pemahaman akan aspek Kasih yang nyata. Tidak hanya itu, peserta juga diajak menemukan akibat – akibat yang akan terjadi jika kita melakukan kebenaran Kasih seperti yang tersurat dari masing – masing ayat di atas dalam hidup kita.
Untuk melengkapi tulisan ini, berikut saya tuliskan satu contoh metode merenungkan sabda Tuhan, Ibrani 6:10 Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.
Dari ayat di atas, diberi pertanyaan ” apa saja perbuatan kasih menurut ayat di atas?”, biasanya peserta akan menjawab, “pelayan kepada orang-orang kudus, yang masih dilakukan sampai sekarang”.
Kemudian disambung dengan pertanyaan, “apa yang akan terjadi jika kita melakukan kebenaran di atas?”, dan biasanya akan dijawab, “Tuhan akan membalas perbuatan Kasih Kita”.
Dan pada akhir sesi, diteguhkan dengan kutipan dari Henry J.M Nouwen berikut ” Pesan agung yang harus kita bawa, sebagai saksi Injil dan pengikut Kristus adalah bahwa Allah mengasihi kita bukan karena apa yang telah kita capai atau perbuat, tetapi karena Allah telah menciptakan dan menebus kita dengan cinta kasih-Nya dan telah memilih kita untuk menyatakan bahwa kasih adalah sumber sejati hidup manusia”.
Tak Selalu tentang Kitab Suci
Ternyata keintiman kawan – kawan Emmauser bukan hanya sebatas pada saat sedang diskusi dalam pertemuan, di luar pertemuanpun sudah terjalin sebuah hubungan yang begitu dekat. Tak selalu membahas dan berdiskusi tentang Firman Tuhan, tapi lebih dari itu, yaitu aplikasi Firman Tuhan itu sendiri dalam kehidupan.
Sambil menikmati susu jahe dan nasi kucing di angkringan, mereka bersenda gurau, saling berbagi cerita tentang pekerjaan, tentang keluarga, tentang kekasih, tentang liburan dan berbagai hal lainya yang dialami sehari-hari.
Memang, perjalanan ke Emmaus yang sebenarnya itu adalah dalam kehidupan sehari-hari. Pertemuan EJ bisa diibaratkan sebuah simulasi sederhana tentang bagaimana menjalani kehidupan ini bersama Yesus, kehidupan yang sebenarnya adalah dalam aktivitas sehari-hari baik dilingkungan keluarga, pekerjaan, maupun dalam bermasyarakat.
Hmm, Tuhan tidak menjanjikan hidup tanpa masalah, tapi Dia tak pernah meninggalkan kita. Mengikuti Emmaus Journey bukan berarti akan serta merta bebas dari permasalahan hidup, tapi sebuah proses terus menerus untuk semakin memahami keluasan hidup, pertolongan serta kebesaran Tuhan.
Selamat Menikmati perjalanan wahai para Emmauser.