Paus Fransiskus pada hari Jumat, 9 Oktober 2018, mendesak agar gereja-gereja mendapatkan penghormatan yang wajar sebagai “rumah Tuhan” dan tidak diubah menjadi pasar atau ruang publik yang didominasi oleh “keduniawian”.
Ketika merayakan Misa paginya di Casa Santa Marta di Vatikan, Paus memperingatkan bahwa gereja-gereja berisiko berubah menjadi pasar tempat penjualan sakramen-sakramen yang gratis.
Pada Pesta Peresmian Basilika Santo Yohanes Lateran Roma itu, Paus merenungkan bacaan Injil tentang Yesus menyucikan Bait Allah di Yerusalem dari semua pembeli dan penjual dengan memperingatkan mereka agar tidak mengubah rumah Bapa-Nya menjadi pasar.
Yesus mengamati Bait Allah itu didiami para penyembah berhala – orang-orang siap melayani “uang” bukan “Tuhan”. “Di balik uang ada berhala,” kata Paus seraya menambahkan bahwa yang diidolakan selalu emas yang memperbudak.
Paus Fransiskus ingin tahu apakah kita memperlakukan “Bait Allah, gereja-gereja kita” sebagai rumah Allah, rumah doa, tempat menemukan Tuhan, dan apakah para imam memperlakukannya seperti itu.
Paus Fransiskus mencontohkan adanya daftar harga sakramen yang bebas biaya. Yang memperdebatkan bahwa itu persembahan, Paus mengatakan, persembahan harus dimasukkan secara rahasia ke dalam kotak tanpa ada yang memperhatikannya. Paus memperingatkan bahwa bahaya ini ada juga saat ini. Gereja, lanjut Paus, memang perlu dibiayai oleh umat beriman, tetapi ini dilakukan dalam kotak persembahan, bukan dengan daftar harga.
Bahaya lain yang diperingatkan Paus adalah godaan keduniawian. Paus mencatat bahwa dalam beberapa perayaan atau peringatan di gereja, orang tidak dapat memahami apakah rumah Tuhan itu tempat ibadah atau ruang sosial.
Paus mengatakan, beberapa perayaan gereja menjadi keduniawian. Perayaan harus indah tetapi tidak duniawi, karena keduniawian bergantung pada dewa uang, kata Paus seraya menyebutnya penyembahan berhala. Seharusnya, lanjut Paus, kita memikirkan semangat kita untuk gereja-gereja kita dan rasa hormat yang kita berikan ketika kita memasuki gereja-gereja itu.
Kemudian Paus Fransiskus memperhatikan Surat Pertama Santo Paulus kepada Jemaat Korintus yang berbicara tentang hati kita sebagai Bait Allah. Terlepas dari keberdosaan kita, kata Paus, setiap kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah hati kita “duniawi dan bersifat menyembah berhala.”
Bapa Suci berkata bahwa ini bukan pertanyaan tentang apa dosa kita, tetapi mencari tahu apakah ada dewa uang di dalam kita. Jika ada dosa, kata Paus, kita memiliki Tuhan, Allah yang berbelas kasih, yang mengampuni jika kita datang kepada-Nya. Tetapi jika ada tuan lain, dewa uang, kita penyembah berhala, orang korup, dan bukan mantan pendosa.
Paus mengakhiri homili dengan mengatakan bahwa inti dari korupsi adalah penyembahan berhala, menjual jiwa kepada dewa uang, kepada dewa kekuasaan.(PEN@ Katolik/ berdasarkan laporan Robin Gomes dari Vatican News)