Paus Fransiskus meminta para wartawan Katolik untuk menerobos setiap “dinding” kegelisahan dan kepasrahan, dan membantu dunia untuk menyadari bahwa orang-orang perlu saling menjaga satu sama lain karena mereka semua adalah bagian dari satu keluarga manusia.
Dia juga mendesak mereka untuk terus menyuarakan ketidakadilan, mengikuti standar etika dan menempatkan manusia di tempat pertama.
Paus mengatakan hal itu pada 9 November selama audiensi dengan sekitar 340 mahasiswa, alumni dan para dosen Institute for the Promotion of Young Journalist -sebuah sekolah jurnalisme Katolik yang berbasis di Munich. Sekolah ini didirikan 50 tahun yang lalu, setelah Konsili Vatikan II, untuk memberikan pelatihan profesional kepada orang Kristen di bidang jurnalisme, media dan komunikasi, baik untuk media gereja atau sekuler.
“Sebagai jurnalis Kristen, Anda menonjol karena pendekatan positif Anda terhadap orang lain dan etika profesional Anda,” kata paus kepada kelompok itu.
Paus mengatakan pekerjaan itu lebih dari sekadar sebuah profesi. Ini adalah tanggung jawab dan komitmen, terutama saat ini ketika jurnalisme menjadi terlalu mudah “membiarkan diri terbawa oleh opini populer, mudah menyerah dan pesimisme yang melumpuhkan dan membutakan.”
“Karena terlalu biasa, kita tidak lagi berdiri melawan kejahatan. Kita membiarkan segala sesuatu apa adanya atau membiarkan orang lain memutuskan bagaimana mereka seharusnya,” kata paus, mengutip nasihat apostolik yang dia terbitkan “Gaudete et Exsultate” (Bersukacita dan Bergembiralah), yang menegaskan perlunya keberanian, semangat dan inspirasi untuk melawan rayuan untuk berpuas diri.
Paus mendorong para wartawan untuk berdoa bagi keterbukaan dan keberanian, atau “parresia,” dari Roh Kudus yang membantu kita percaya kepada kebenaran Kristus yang membuat kita bebas.
“Marilah kita melewati tembok kesedihan dan sikap pasrah dan mari membantu orang membuka mata dan telinga mereka dan, di atas segalanya, hati mereka sehingga mereka dapat saling melihat satu sama lain dan menyadari bahwa mereka adalah putra dan putri dari seorang Bapa,” katanya. .
“Terima kasih, karena sebagai jurnalis, Anda mengarahkan pandangan Anda kepada orang-orang, dan Anda menyatakan ketidakadilan sebagai ketidakadilan,” katanya.
“Terima kasih juga karena berbicara tentang hal-hal yang indah,” yang mungkin tidak diterbitkan di halaman depan, tetapi masih menempatkan manusia dalam sorotan.
Paus sangat berterima kasih kepada mereka karena memperhatikan apa yang dikerjakan gereja dan berharap mereka akan terus melakukan “jurnalisme humanis.”