Dalam Misa Penutupan Perjalanan Apostolik ke Uni Emirat Arab (UEA) tanggal 5 Februari 2019, Paus Fransiskus mengatakan kepada umat Katolik yang sebagian besar ekspatriat yang tinggal di sana bahwa “Yesus berjalan di samping kita, bahkan ketika kita berpikir bahwa kita sendirian.”
Sebagian besar umat Kristiani yang tinggal di UEA adalah migran dari Filipina dan India untuk mencari pekerjaan. Ketika merayakan Misa di Kota Olah Raga Zayed di Abu Dhabi hari itu, Bapa Suci memberikan kepada mereka pesan penghiburan dan harapan.
“Tentu saja tidak mudah bagi kalian untuk tinggal jauh dari rumah, karena kehilangan kasih sayang orang-orang yang kalian cintai, dan mungkin juga merasa tidak pasti akan masa depan,” kata Paus, namun, “Tuhan setia dan tidak akan meninggalkan umatnya.” Demikian laporan Devin Watkins dari Vatican News.
Paus Fransiskus merayakan Misa untuk Perdamaian dan Keadilan, dan merenungkan bagaimana Sabda Bahagia berkaitan dengan umat Kristiani yang tinggal di Timur Tengah.
Paus mengatakan, mereka diberkati, dan mencatat bahwa keadaan terberkati bukanlah kondisi masa depan tetapi kenyataan saat ini. Yesus, kata Paus, mengulangi pesan berkatnya hari ini. “Jika kalian bersama Yesus, jika kalian suka mendengarkan firman-Nya seperti yang dilakukan para murid waktu itu, jika kalian mencoba menjalani Sabda Yesus setiap hari, maka kalian diberkati.” Paus menyebutnya “sukacita yang juga memberikan perdamaian di tengah-tengah penderitaan.”
Paus Fransiskus mengatakan, kehidupan Yesus menunjukkan kepada kita bahwa keadaan terberkati tidak dapat diukur menurut standar duniawi. Sabda Bahagia membalikkan pemikiran populer bahwa orang sukses, kaya, dan berkuasa adalah terberkati. Sebaliknya, orang miskin, lemah lembut, adil, dan teraniaya mencapai kategori itu.
Dia datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani,” kata Paus Fransiskus, “Dia mengajarkan kita bahwa kebesaran tidak ditemukan dalam memiliki tetapi dalam memberi.”
Paus mengatakan arti hidup adalah menjalani “persekutuan dengan Dia dan dalam cinta kita akan sesama.”
Sabda Bahagia, kata Paus, adalah peta jalan kehidupan. “Tak perlu tindakan manusia yang super, melainkan teladan dari Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari.”
Paus berterima kasih kepada semua yang hadir – sekitar 180.000 orang dari lebih 100 negara, termasuk sekitar 4.000 umat Muslim – untuk “cara kalian menjalankan Injil yang kita dengar.”
Paus membandingkan Injil yang ditulis dan yang dihidupi dengan musik yang ditulis dan dipentaskan, dengan mengatakan mereka tahu nada Injil dan mengikuti ritme dengan antusias. “Kalian adalah paduan suara yang terdiri dari banyak negara, bahasa, dan ritus; keragaman yang dicintai dan diinginkan oleh Roh Kudus untuk terus diharmonisasikan, guna membuat simfoni.”
Kemudian Paus Fransiskus membandingkan Gereja UEA dengan Gereja Philadelphia kuno, yang disapa Yesus dalam Kitab Wahyu (Why 3: 7-13). Paus berkata bahwa Tuhan tidak mencelanya untuk apa pun. “Gereja itu,” katanya, “menepati janji Yesus tanpa meninggalkan namanya dan bertahan, maju, bahkan di tengah kesulitan.”
Philadelphia, katanya, berarti “cinta persaudaraan,” referensi kehadirannya dalam Konferensi Global Persaudaraan Manusia pada hari Senin.
Paus lalu mengajak semua orang di Uni Emirat Arab – bahkan seluruh wilayah – “untuk menjaga perdamaian, persatuan”, dan “untuk saling memperhatikan, dengan persaudaraan indah di mana tidak ada umat Kristiani kelas satu atau dua.” (PEN@ Katolik pati berdasarkan Vatican News)