Jadwal Misa
- Harian : 06.00 WIB (Senin – Jumat
- Jumat Pertama : 06.00, 12.00 WIB
- Sabtu sore : 17.00 WIB
- Minggu : 06.30, 09.00 (pagi), 17.00 WIB (sore)
“Apakah ini sungguh gereja katolik? Kok tidak ada tanda-tandanya?” Mungkin ini pertanyaan yang terbersit di benak Anda saat pertama kali mengunjungi Gereja SanMaRe (Santa Maria Regina), Bintaro Jaya. Sebuah bangunan dengan bentuk mirip perahu layar, tanpa ada satu pun tulisan atau simbol-simbol yang menjadi identitas umum gedung gereja Katolik di Indonesia. Hanya siluet patung Bunda Maria di halaman depan gereja yang seduikit bisa membantu kita yakin bahwa gedung ini sungguh ‘ berbau’ Katolik.
Semua pertanyaan ini kemudian terjawab dalam sebuah homili indah dari Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta. Beliau membuka mata hati kami (dan kita), sesungguhnya di bagian depan gedung gereja SanMaRe telah terdapat sebuah ‘salib yang sejati’, sebuah salib yang tidak kasat mata namun terasa keindahannya, yaitu: Poliklinik SanMaRe. Ya betul, sepetak klinik kecil yang berada di ujung paling depan gedung gereja itulah yang menjadi simbol salib Gereja SanMeRe. Sebuah salib dalam bentuk pelayanan kasih setiap hari Minggu dari pagi sampai siang yang selalu ramai dikunjungi pasien-pasien dari kalangan ekonomi terbatas. Jawaban Bapak Uskup inilah yang mengantar kita untuk masuk dan mengenali paroki ke-61 Keuskupan Agung Jakarta ini, baik sejarahnya dan filosofi gedung gerejanya.
Sejarah singkat SanMaRe
Sejarah pembangunan Gereja SanMaRe, Paroki Bintaro Jaya berawal dari September 1999 dengan dimulainya pertama kali perayaan Ekaristi secara reguler dengaan menyewa gedung Geraja Kristen Immanuel. Melihat potensi umat yang bertempat tinggal di wilayah Bintaro Jaya dan sekitarnya, mulailah dijajaki potensi untuk mendirikan paroki baru sebagai pemekaran Paroki Bintaro, Gereja St. Matius oleh Rm. Silvano Laurenzi, SX, Rm. Francesco Marini, SX, dan Dewan Paroki Bintaro. Setelah berpindah lokasi beberapa kali, akhirnya diperoleh lahan yang sesuai di kawasan CBD Bintaro Jaya Sektor 7.
Gedung gereja SanMaRe mulai dibangun pada Desember 2003 dan selesai pada Januari 2009. Gedung gereja setinggi empat lantai seluas 8.503 m2, dibangun secara bertahap dan kerja keras.
Sejak diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. Pada 22 Agustus 2010, hingga saat ini Paroki SanMaRe telah memiliki delapan wilayah, 33 lingkungan,± 1.200 kepala keluarga, dan ± 4.400 umat. Pastor Paroki saat ini adalah Romo Alphonsus Setya Gunawan, Pr dan dibantu oleh Romo Antonius Baur Asmoro, Pr.
SanMaRe : Gereja Perahu Layar
Geraja SanMaRe yang berbentuk sederhana-modern sarat akan makna dan mencerminkan sebuah perahu layar atau bahtera, serta perjalanan umat beriman. Jika diperhatikan dari arah jalan depan geraja, kita akan melihat dinding bagian atas gereja yang berbentuk bidang segi lima yang melambangkan bentuk layar. Kita bisa merefleksikan bersama, perahu layar atau bahtera ini menjadi gambaran sebuah peziarahan umat beriman mengarungi samudera kehidupan. Gambaran dan refleksi bangunan gereja Santa maria Regina-Bintaro Jaya, mengingatkan kita akan dua kisah besar dalam Injil, yakni tentang panggilan Petrus ( Luk 5:1-11) dan kisah angin ribut diredakan (Luk 8:22-25).
Dalam simbolisasi bangunan gereja seperti layar ini, kita berdinamika bersama Yesus dalam sebuah bahtera. Kita menerima perutusan dari Yesus untuk “ bertolak ke tempat yang dalam” (Luk 5:4) dan masuk dalam pengalaman percaya secara penuh : “Jangan takut” (Luk 5:10). Terpaan badai dan gelombang adalah bagian dari peziarahan umat beriman. Namun, ingat bahwa Yesus selalu bersama dengan kita di dalam bahtera itu (Luk 8 : 22-25)
Makna bangunan Gereja Santa Maria Regina berlanjut ketika masuk ke dalamnya. Di muka gereja, kita menjumpai gua maria dengan konsep yang modern. Pepatah bahasa latin mengatakan,”Per Mariam ad lesu”; melalui perantaraan Sang Bunda, kita menuju dan berjumpa dengan Yesus. Refleksi peziarahan kita bersama Bunda Maria bukanlah akhir dari permenungan makna dari bangunan gereja SanMaRe. Akan tetapi, perjalanan iman dan peziarahan umat Paroki Bintaro Jaya, semakin dipertegas dengan gambaran Perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-35). Ketika mulai menapaki anak tangga gedung gereja, segera kita melihat sebuah ikon tiga pria dari elemen tembaga. Tiga pria itu adalah gambaran iman dari perjalanan ke Emaus; Yesus yang berjalan bersama dengan Kleopas dan seorang murid yang lain(Luk 24:18).
Menarik untuk diperhatikan bersama bahwa penginjil Lukas tidak pernah menyebutkan siapakah gerangan seorang murid lain yang berjalan bersama Kleopas menuju Emaus. Penginjil Lukas merefleksikan, kita-lah yang menjadi murid yang lain itu. Kita mengambil bagian dalam perjalanan ke Emaus dan berjumpa dengan Yesus.
Ikon (gambar) yang ada di kaki altar adalah gambaran Yesus yang memecah-mecah roti dan memberikannya kepada kedua murid ke Emaus itu sendiri, tampak bahwa kita yang merayakan Ekaristi di Gereja Santa Maria Regina sungguh-sungguh disegarkan kembali. Perjumpaan itu bermuara pada pengalaman iman dibangkitkan dan diselamatkan oleh Yesus Kristus layaknya Bunda Maria Ratu yang digambarkan dalam ikon di belakang altar. Dan, penyegaran iman dalam perayaan ekaristi yang dirayakan oleh umat beriman berbuah pada pelayanan kasih yang tampak dalam wajah Gereja SanMaRe dengan adanya poliklinik SanMaRe. Inilah refleksi iman umat beriman Paroki Bintaro Jaya, Gereja SanMaRe sebagai bagian dari umat Keuskupan Agung Jakarta yang berziarah.
(Sumber : Buku Dua Belas Wajah Paroki Dekenat Tangerang – 2016)