( Oleh : Idus Masdi )
Narkoba itu penuh tipu daya, karena begitu kita terjerumus di dalamnya, maka sangat sulit untuk keluar dari situ. Hal ini diungkapkan oleh Roy Marten saat memberikan kesaksiannya tentang bahaya narkoba dalam kehidupan masyarakat di Gereja Santa Odilia, Minggu (1/6/2014). Dalam perbincangan dengan Melodi, bintang Film Cintaku di Kampus Biru ini, menegaskan ada begitu banyak jenis narkoba yang beredar di tengah masyarkat saat ini. Beberapa jenis yang sudah lama dikenal oleh publik, antara lain, ekstasi, sabu, ganja, putaw. Tetapi saat ini, katanya, ada banyak jenis baru yang belum masuk dalam undang-undang, karena itu, masyarakat harus lebih hati-hati.
Roy mengakui bahwa sebelum ditangkap oleh aparat keamanan, dirinya adalah termasuk orang yang cukup aktif mensosialisasi penolakan terhadap narkoba konvensional, seperti ganja, putaw, atau obat teler lainnya. Tetapi pada tahun 1997 datang narkoba jenis baru seperti sabu dan ekstasi. Saat itu, penggunaan kedua jenis baru itu dianggap tidak melanggar undang-undang, karena bukan termasuk jenis narkotik, melainkan psikotropika. Ia juga sempat bertanya kepada orang-orang tentang kebenaran hal itu. Jawaban yang diperolehnya tetap sama: ekstasi dan sabu-sabu termasuk jenis psikotropika.
Ketika pertama kali ditangkap, suami dari Anna Maria itu, bingung. Ia ditangkap melanggar undang-undang narkoba, karena menggunakan jenis sabu-sabu, padahal sebelumnya jenis sabu-sabu tidak masuk dalam jenis yang dilarang oleh undang-undang. Ia sesungguhnya tidak mempermasalahkan penangkapan itu, karena dalam perkembangan sabu dan ekstasi memang masuk dalam jenis narkoba. Namun yang ia persoalkan adalah mengapa koleganya yang mengonsumsi jenis sabu-sabu tidak ditangkap. Mengapa hanya dirinya yang ditangkap? Inilah pertanyaan yang diakuinya tidak memperoleh jawaban pasti hingga saat ini.
Terlepas dari kontroversi itu, dalam kesaksian tentang bahaya penyalahgunaan narkoba di depan umat Paroki Santo Odilia, bintang Film Badai Pasti Berlalu (1977) itu, tak henti-henti mengingatkan bagaimana sulitnya keluar dari ketergantungan narkoba, kalau sudah terjerumus di dalamnya. Godaan untuk terus menggunakan barang haram itu begitu kuat. Menurutnya, hanya satu hal yang bisa membuat kita terhindar dari narkoba, yaitu jangan pernah menyentuh atau mencoba menggunakan narkoba, karena dampak yang ditimbulknanya sulit diperkirakan. “Saya sudah berjanji dalam diri saya untuk tidak lagi menggunakan narkoba, tapi itu tidak gampang, namun butuh proses,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa untuk menghentikan kebiasaan buruk itu bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Ia mencontohkan bagaimana dirinya bisa ditangkap untuk kedua kalinya, gara-gara terlibat kasus yang sama. Namun ia melihat peristiwa itu secara positif. Ia mengganggap pengalaman itu sebagai shock therapy, sehingga tidak mengalami hal yang serupa di kemudian hari. Namun ia mengingatkan bahwa untuk menghentikan kebiasaan yang tidak terpuji itu sangat ditentukan oleh lingkungan di mana kita tinggal.
Menurut Roy, yang banyak berperan untuk membantu menjauhkan diri dari pengaruh narkoba adalah keluarga. Doa, perhatian dan cinta dari keluarga merupakan unsur utama agar bisa bangkit dari keterpurukan. Pendampingan yang dilakukan keluarga tidak boleh dianggap remeh. Hal itu ditegaskannya mengingat kenyataan selalu menunjukkan bahwa orang tidak akan pernah menang kalau sudah terseret dalam narkoba, sebaliknya selalu kalah. Untuk menjadi pemenang, maka resepnya hanya satu, yaitu jangan pernah menyentuh narkoba. Di sinilah keluarga mengambil banyak peran untuk mengingatkan anggota keluarganya agar tidak mudah terseret dalam pengaruh narkoba.
Selain itu, Roy juga mengingatkan generasi muda untuk hati-hati dengan narkoba, karena hampir setiap hari selalu ada jenis narkoba dengan kemasan baru. Risiko yang ditanggung sangat besar. Ia mengatakan bahwa saat ini, sebagaimana diliris oleh BNN (Badan Narkotika Nasional), ada 24 jenis narkoba jenis baru beredar di tengah masyarakat. Dan yang membuat kita lebih memprihatinkan, katanya, saat ini di luar negeri sudah ada 150-an jenis narkoba baru yang tidak kenal. Ia mempredikan mungkin sebentar lagi akan masuk ke Indonesia, karena jaringan narkoba sangat tersitematis. Merespons muncul jenis-jenis baru itu, ia mendesak pemerintah untuk memberitahu jenis-jenis baru itu, sehingga masyarakat tidak terjebak. Hal ini dirasakan penting sebab banyak orang terjerumus dalam narkoba, lantaran tidak tahu.
Saat ini, katanya, banyak jenis narkoba dikemas dalam bentuk permen, kukis, dan berbagai macam bentuk lainnya. Kondisi seperti inilah yang harus diwaspadai masyarakat. Karena itu, ia mendesak pemeritah untuk lebih pro aktif mensosialisasikan kepada masyarakat terkait dengan munculnya berbagai jenis baru yang dikemas dalam bentuk obatan-obatan dan permen, sehingga masyarakat tidak terjerumus. Tipu daya narkoba itu begitu kuat.
Pengaruh Lingkungan
Terkait dengan pengaruh lingkungan, sekali lagi Roy menegaskan bahwa lingkungan dan pekerjaan merupakan hal yang amat banyak mendorong orang tergoda untuk menggunakan narkoba. Profesinya sebagai pekerja seni – dengan jadwal shooting yang tidak tetap, mengharuskan dirinya harus tetap tampil prima di lokasi shooting. Ia kerap kali berada di lokasi shooting hingga jam 03.00 dan bahkan hingga jam 05.00 pagi. Pada jam 02.00 hingga jam 04.00 pagi, sesuai dengan tuntutan peran berdasarkan arahan sutradara, dirinya harus pindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Persoalan di sini adalah bagaimana harus mempertahankan stamina agar tetap bugar. Di situlah tantangan sebagai pemain film atau pesinetron. Untuk menjaga stamina, tidak sedikit aktor/aktris mengonsumsi obat stimulan untuk menjaga agar fisik tetap kuat dan bugar. Kalau tidak menggunakan obat doping maka tubuh tidak kuat.
Roy menceritrakan pengalamana bahwa ketika shooting hingga larut malam ia sering menggunakan obat stimulan yang dianggap sebagai obat doping untuk membantu stamina tubuh. Tidak sedikit aktor atau pesinetron mengomsumsikan obat jenis stimulan di lokasi shooting. Persoalan biasanya datang lebih kemudian. Banyak obat stimulan yang dianggap sebagai doping terdapat kandungan narkoba. Awalnya, para penggunanya umum tidak tahu kalau obat yang dianggap doping masuk dalam kategori jenis narkoba. Hal yang sama juga dialaminya. Ia merasa terjebak, karena tidak tahu obat doping yang dikonsumsinya itu masuk kategori narkoba. Ia pasrah ketika ditangkap. Namun, dalam hatinya ia protes. Ia merasa tidak diperlakukan secara adil, karena banyak koleganya yang menggunakan jenis obat yang sama tidak ditangkap. Karena itu, ia mempertanyakan di mana letak keadilan. Mengapa hanya dirinya yang ditangkap?
Tapi kemudian Roy menyadari bahwa tidak ada gunanya mempersalahkan orang lain atas masalah itu, karena tidak akan menyelesaikan masalah. Ia justru melihat ada hikmah dari setiap peristiwa. Pengalaman ditahan dan bahkan hingga masuk penjara telah mengajarkan banyak hal kepadanya bagaimana harus menentukan sikap agar bisa terhindar dari pengaruh narkoba. Baginya, sikap waspada di lingkungan tempat kita bekerja, sangat penting. Ia pun menawarkan beberapa tips agar bisa terhindar dari jangkauan narkoba, antara lain, pertama, jangan membawa uang yang berlebihan, karena uang bisa menggoda orang untuk membeli narkoba, meskipun harganya mahal; kedua, jangan berkumpul dengan orang yang sering menggunakan narkoba; ketiga, jangan lupa berdoa, sebab doa akan membuat kita kuat melawan godaan, sehingga tidak akan mudah terjerumus. Kekuataan doa tidak ada tandinganya.
Cinta yang Menyembuhkan
Ketika berbicara tentang keluarga, aktor kawakan ini dengan penuh antusias mengatakan bahwa dirinya termasuk pria yang paling berbahagia di dunia ini karena memiliki istri yang istimewa dan anak-anak yang luar biasa. Ia merasa beruntung karena keluarga selalu mendukungnya. Hal yang paling mengesankan bagi dirinya adalah bagaimana istri dan anak-anaknya memberikan kekuatan dan terus mendampinginya saat ia jatuh. Karena itu, keluarga baginya adalah segala-galanya. Ia merasakan bagaimana peran keluarganya begitu besar dalam memberikan semangat sehingga dirinya bisa bangkit kembali.
Menurut Roy, keluarga yang baik bukan hanya datang dan dekat ketika salah satu anggota keluarganya meraih sukses. Istri dan anak-anak pasti senang dengan ayahnya kalau meraih sukses. Tapi bagi Roy itu tidak cukup. Keluarga yang baik bagi Roy, justru ketika salah satu anggota keluarganya jatuh, maka semua yang lain datang memberikan dukungan dan melakukan kegiatan pendampingan dengan penuh rasa hormat. Roy merasakan begitu penting arti keluarga dalam hidupnya.
“Saya bangga karena saya memiliki seorang istri yang setia. Ia sudah teruji sebagai seorang wanita yang setia dan tegar. Ketika saya jatuh, ia selalu berada di samping saya. Inilah yang membuat saya semakin insyaf memang wanita diciptakan sebagai penolong. Tidak hanya itu anak-anak saya juga luar biasa. Mereka bilang, Papa, setiap orang mempunyai sisi gelap dalam hidupnya. Cuma yang lain tidak terbongkar, sementara papa saja yang terbongkar, dan kami tahu itu,” kenang bintang film Cintaku di Kampus Biru itu. Seraya ia menambahkan: “Saya tahu istri dan anak-anak saya merasa sakit dengan peristiwa yang menimpa saya. Tetapi mereka sejenak melupakan rasa sakit itu, kemudian mereka datang menguatkan dan membesarkan hati saya.”
Selanjutnya Roy menegaskan bahwa peristiwa yang menimpa dirinya membuat keluarga merasa terhina dan malu. Orang yang mereka banggakan selama ini tiba-tiba jatuh. Ia melihat istri dan anak-anak merasa sakit. Mereka mungkin bisa diam, tetapi teman-teman dari anak-anaknya belum tentu bersikap seperti mereka yang bisa memaafkan bapaknya. “Saya dua kali ditangkap. Istri dan anak-anak pasti terluka. Kekecewaan mereka sulit untuk diobati, dan kalaupun diobati, tidak mungkin pulih seperti semula. Saya kira semuanya bohong, kalau dikatakan semua pulih seperti awal lagi. Sesuatu yang sudah retak, agak sulit dipulihkan kembali,” tegas ayah dari pesinetron Gading Marten ini.
Tetapi Roy selalu percaya bahwa pada saatnya semua akan kembali utuh seperti semula. Ia yakin “cinta” dan “maaf” merupakan kekuatan dahsyat yang bisa mengembalikan keadaan.
“Karena cinta istri dan anak-anak saya, maka saya menjadi orang yang luar biasa dalam hidup ini. Cinta itu membuat kami utuh kembali. Walaupun ada sedikit goresan luka di hati mereka, tetapi kemudian berangsur sembuh karena cinta. Kesembuhan itu juga terjadi karena ketulusan mereka untuk memaafkan saya. Akhirnya, saya sadar, ternyata maaf itu menyembuhkan,” ujarnya dengan tulus.
Setelah mendengar kata ‘maaf’ itu, Roy menyatakan rasa penyesalannya. Ia merasa seperti ada es yang diguyur di atas kepalanya. Setelah itu ia sadar bahwa apa yang dilakukan selama ini, ternyata menimbulkan kerusakan. “Ya Tuhan, saya sadar, kerusakan yang saya timbulkan meninggalkan lubang sedemikian besar. Saya harus bertanggung jawab semuanya itu. Saya ini orangnya egois. Saya menghabiskan seluruh waktu hanya untuk kesenangan saya. Karena itu, saya berjanji untuk mengorbankan seluruh waktu saya untuk istri dan anak-anak. Sebab bagi saya utang waktu nggak bisa dibayar. Saya melihat anak-anak bertumbuh sendiri selama ini, sementara di sisi lain saya menyia-nyiakan waktu saya selama bertahun-tahun,” ungkapnya dengan nada penyesalan.