Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)
Keluarga-keluarga di KAJ yang terkasih, Semoga Paskah tahun ini membawa kegembiraan sendiri dan membuat Anda merasa bahwa Paskah ada artinya untuk Anda dan keluarga, selain perasaan gembira karena sudah mengikuti upacara terbesar sepanjang tahun liturgi ini. Semoga peristiwa kebangkitan menjadi pesta seluruh keluarga yang merasa dipulihkan, dibarui, dan dikasihi oleh Yesus, Sang Domba Paskah sejati.
Peristiwa Paskah adalah peristiwa dukacita mendalam yang berubah menjadi kabar keselamatan kekal: Yesus yang menderita, wafat dan dimakamkan, kini bangkit mulia dengan jiwa raga-Nya. Kedukaan sebuah keluarga menjadi keselamatan bagi orang-orang yang percaya. Melalui peristiwa Yesus, setiap keluarga mendapat ispirasi untuk terus menjalani hidupnya, meskipun tidak selalu mudah.
Sebuah keluarga menanyakan kepada saya mengenai makna puasa dan pantang dalam hidupnya. Sang suami bertanya, apakah ia boleh tidak berpuasa, karena ia merasa beban hidupnya sudah cukup berat menanggung seorang anak berkebutuhan khusus dan pekerjaan yang sedang berada dalam penurunan besar. ia merasa hidupnya saja sudah mengisyaratkan salib, sehingga ia tak perlu bermatiraga.
Adakah orang di dunia ini yang benar-benar merasa dibebaskan dari kesulitan, duka, ataupun tantangan hidup? saya merasa pasti tidak ada yang bisa berkata aku sudah mengalami hidup yang sempurna, tanpa masalah, tanpa kekuatiran, dan tanpa tantangan. Semua kita selalu berjuang untuk suatu hidup yang ideal yang dicita-citakan.
Tokoh-tokoh besar seputar Paskah, seperti Yesus, Maria, Simon dari Kirene, Veronika, dan para murid menjalani hidupnya dengan tabah dan konsisten. Mereka menunjukkan dengan jelas pembelaan kepada Yesus, Sang Tokoh Utama Paskah, yang menderita dan wafat. Hati mereka lurus, meskipun sebagai manusia biasa, kisah hidup mereka sarat dengan kerapuhan dan pertanyaan.
Kita pun menjalani hidup dengan iman. Perjuangan dalam puasa dan pantang membuat kita makin manusia. Kita bukanlah malaikat, sehingga kita perlu melatih diri yang mau aman, mau enak, mau nyaman, dan mau menang sendiri menjadi seorang pribadi Katolik yang mawas diri dan murah hati. Kita ingin menjadi pribadi buatan Allah yang menjadi tokoh-tokoh masa kini yang aktif berbuat baik bagi sesama yang menderita.
Saya percaya, setiap perayaan Gereja pasti memberi makna yang bisa memperkaya iman kita. Ketika merayakan, kita ingat juga prosesnya. Duka tidak harus membuat orang mati langkah. Anak-anak berkebutuhan khusus, orang tua yang lanjut usia, keluarga miskin, orangtua tunggal, pasutri yang sedang bermasalah, tidak menjauhkan orang dari Yesus. Dengan peristiwa itulah, setiap orang akan memperoleh makna hidupnya, meskipun ia sedang berjuang.
Keluarga-keluarga terkasih, ada baiknya sekali waktu mengajak anak-anak merayakan paskah di daerah terpencil, kampung halaman, atau di Gereja yang miskin. Di sana suasana pekan suci lepas dari kemeriahan belakan, tetapi diperkaya dengan situasi nyata yang mendidik generasi muda, bahwa hidup bukan hanya menerima dan menikmati, tetapi memberi dan berjuang sebagai bagian yang biasa dijalani setiap orang. Perjuangan adalah tanda kekuatan orang yang percaya kepada Allah.
Jangan hilang iman hanya karena peristiwa hidup yang kurang menyenangkan. Kisah hidup setiap kita berbeda, demikian juga pelajaran yang harus dipetik setiap orang berbeda. Jangan menyerah, karena kita akan melihat Tuhan dalam peristiwa itu.
Selamat Paskah, selamat hari kemenangan. Anggaplah selama 40 hari prapaskah sebagai hari-hari mawas diri dan mendekati Tuhan. Lihatlah bahwa dalam setiap perjuangan yang ditekuni, Allah memberi kita tambahan kekuatan hidup yang memenangkan kita dari setiap kesulitan dan penderitaan. Inilah perayaan kemenangan yang meneguhkan kita bahwa Allah Sungguh Mengasihi kita sekeluarga. Tuhan Yesus memberkati.
Alexander Erwin MSF
Komisi Kerasulan Keluarga
Keuskupan Agung Jakarta