Tanda Salib

Mengapa umat Katolik senantiasa memulai dan mengakhiri doanya dengan tanda salib ? Tanda salib merupakan tradisi asli kristiani walaupun dalam dunia perjanjian lama telah ada kebiasaan memberikan tanda pada orang (budak) atau binatang sebagai simbol kepimilikannya. Tanda salib dalam tradisi kristiani muncul karena pengalaman iman akan Salib Tuhan Yesus. Sejak awal kekristenan tanda salib biasa diberikan kepada para katekumen. Dengan menerima tanda salib, mereka dinyatakan sebagai milik Kristus.
Tuhan Yesus menebus dan menyelamatkan umat manusia melalui kematian-Nya di atas Salib. Tanda salib yang disertai dengan seruan Trinitaris “Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus” baru muncul sekitar abad pertengahan (abad 5 sd abad 16). Tanda salib dengan seruan Trinitaris merupakan pengakuan atas inti iman kita yang telah dinyatakan dalam pembaptisan. Pengakuan iman itu adalah kemanusiaan lama kita telah disalibkan bersama Yesus dan kita hidup sebagai manusia baru berkat Roh-Nya yang berdiam di dalam diri kita : “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru” (Roma 6:4).

Kemanusian baru/keselamatan kita harus dipelihara dan dihidupi dalam dunia nyata. Dengan membuat tanda salib, tubuh kita disucikan oleh Allah. Dengan membuat tanda salib, kita mengundang Allah Tritunggal untuk menjaga dan melindungi kita sampai akhir hayat dari tindakan-tindakan yang mencemarkan keselamatan kita sehingga kita dapat menerima kemuliaan kekal.

Undangan kepada Allah Tritunggal itu tampak dalam cara kita membuat tanda salib. Tanda salib dibuat dengan menangkupkan/menyatukan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah pada tangan kanan sebagai lambang Tritunggal Mahakudus,yaitu Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Cara melakukan tanda salib : letakkan telapak tangan kiri anda yang terbuka di bawah dada, sentuhlah dahi/kening dengan tangan kanan sambil mengatakan “Bapa”, sentuhlah dada di atas telapak tangan kiri dengan mengatakan “Putera”, sentuhlah bahu kanan dan kiri dengan mengatakan “Roh Kudus”, dan katupkan dua telapak tangan pada saat mengatakan “Amin”.

Gerakan membuat tanda salib dari dahi/atas turun ke dada mau menyatakan bahwa Kristus dari Surga (atas/dahi) turun ke dunia (dada), gerakan ke kiri (bahu kiri) ke kanan (bahu kanan) mau menyatakan Kristus mengalami kesengsaraan (kiri) dan menuju kemuliaan (kanan). Gerakan membuat tanda salib merupakan inti iman akan keselamatan dari Tuhan, yaitu Kristus dari Surga menuju ke dunia untuk menyelamatkan manusia melalui kesengsaraan supaya masuk dalam kemuliaan.

Kesimpulannya : Tindakan membuat tanda salib harus menyadarkan umat beriman akan kehadiran Tritunggal Mahakudus serta Yesus Kristus, yang sungguh Allah dan sungguh menjadi manusia, yang mempersembahkan diri-Nya di atas salib sebagai kurban sempurna bagi penebusan atas dosa-dosa kita sebagai bukti dari kasih Allah. Karena itu, jangan malu membuat tanda salib di tempat umum karena hal itu merupakan kesempatan untuk bersaksi bahwa kita bangga dengan Salib Tuhan kita Yesus Kristus karena melalui Salib-Nya kita diselamatkan. Tuhan memberkati.

Sumber Bacaan

Chapman, Geofrey. Cathechism of the Catholic Church. A Cassell Imprince. London. 1994.

Hardawiryana, SJ. Dokumen Konsili Vatikan II. Obor. Jakarta. 1993.

Withcomb, Paul. The Catholic Chuch has the Answer. Tan Book and Publisers Inc. Rocford. Illionis. 1986.

Leave a Reply

Scroll to Top