Pada tanggal 22 Februari 2014 telah dilangsungkan pertemuan pertama kelompok Patrisian di paroki Santa Odilia.
Apa itu kelompok patrisian?
Istilah Patrisian berasal dari dunia Romawi kuno. Masyarakat romawi terbagi dalam tiga golongan dan yang tertinggi adalah kelompok Patrisian, yaitu anggota kelompok senatus romawi yang mempunyai pengaruh politik sangat besar di dalam kerajaan romawi kuno. Mereka dihormati karena pengetahuan dan kebijaksanaan yang mereka miliki. Mereka adalah orang-orang yang sangat mencintai negaranya dan bertanggungjawab atas kesejahteraannya. Para anggota senatus romawi umumnya adalah bapa-bapa. Itulah sebabnya kata Patrisian berasal dari istilah Latin: Patrisius (jamak: Patricii) yang berarti bapa-bapa. Para bapa (tunggal Pater) adalah anggota dewan Senatus Romawi yang terdiri dari seratus orang. Patrisian ini adalah orang-orang yang sangat menghormati negaranya maka muncullah istilah Patricia yang artinya: Tanah Air.
Kelompok Patrisian dalam Legio Mariae
Sebagaimana Legio Mariae adalah sebuah kelompok rohani dengan sistem ketentaraan romawi kuno yang diterapkan kepadanya maka istilah Patrisian dalam dunia romawi kunopun diterapkan di dalam sistem Legio Mariae, hanya saja keanggotaannya bukan hanya terdiri dari bapa-bapa tetapi semua umat beriman yang terpanggil untuk semakin mencintai gereja katolik, sebagai tanah airnya dan mau mengusahakan kesejahteraannya. Kelompok ini didirikan pada tahun 1955 dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan iman Katolik dan mengajarkan orang harus mempersiapkan dan mendorong dirinya untuk berkarya bagi gereja.
Untuk makin mencintai gereja katolik sebagai tanah air kita maka kelompok Patrisian adalah suatu kelompok studi yang mau belajar bersama mengenai iman dan tradisi gereja. Dengan semakin mengenal dan memahami isi iman kita serta kekayaan-kekayaan rahmat di dalam tradisi, orang diharapkan untuk semakin mencintai gereja dan mengusahakan kesejahteraannya.
Seringkali umat tidak memahami dengan baik kepenuhan isi iman dan ajaran gereja maka kelompok Patrisian berusaha untuk menjembatani kekurangan ini dengan pengajaran-pengajaran iman yang diberikan dalam setiap pertemuan. Dalam setiap kali pertemuan, ada pengajaran iman dan setelah itu dilanjutkan dengan diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok ini akan terlihat kerja sama untuk saling berbagi pengetahuan. Diskusi kelompok itu akan dipresentasikan dan dilanjutkan dengan rangkuman atau konklusi dari pastor sebagai narasumber.
Patrisian Pertama di paroki Santa Odilia.
Bertepatan dengan Pesta Tahta St. Petrus pada 22 Februari 2014, pertemuan perdana kelompok Patrisian mengambil salah satu point dalam syahadat iman: “Aku Percaya akan Gereja” sebagai tema pembahasan. Menarik bahwa dalam pembahasan itu kita semakin mengenal ciri-ciri gereja yang sejati yaitu Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Keempat ciri ini hanya terdapat dalam gereja Katolik Roma. Kelompok yang lain di luar itu tidak bisa menyebut dirinya sebagai ‘Gereja’ karena tidak memiliki keempat ciri tersebut.
Yesus sendiri mengatakan: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan gereja-Ku (bukan gereja-gereja-Ku) dan alam maut tidak akan menguasainya.” Penafsiran yang berbeda antara Protestan dan Katolik dipaparkan oleh Romo Tonny dalam pembahasan itu.
Pembahasan tema yang menarik dari Romo Tonny Blikon, SS.CC mendapat antusiasme dari semua peserta. Bapak Sudadi sebagai wakil dewan paroki yang hadir saat itu memberikan tanggapan positif atas pertemuan perdana Kelompok Patrisian ini. Beliau mengatakan bahwa justru pertemuan-pertemuan semacam inilah yang dibutuhkan oleh umat terutama para pengurus lingkungan.
Untuk selanjutnya, pertemuan kelompok Patrisian akan diadakan setiap hari Sabtu ke-4 dalam setiap bulan. Besar harapan kami agar semakin banyak umat yang hadir untuk belajar bersama mengenai iman kita. Tak kenal maka tak sayang. Jika anda mencintai gereja Katolik, maka kenallah isi imannya dan marilah mengusahakan kesejahteraannya melalui karya kerasulan, suatu tugas kenabian yang telah kita terima pada waktu pembaptisan kita. Ave Maria.