Pesparani Bantu Wujudkan ‘Laboratorium Kerukunan Umat Beragama’

Sejumlah tokoh agama di Propinsi Maluku menyampaikan dukungan terhadap penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional I yang saat ini masih berlangsung di Kota Ambon, Propinsi Maluku. Menurut mereka, kegiatan keagamaan itu membantu mewujudkan laboratorium kerukunan umat beragama di wilayah tersebut.

Ketua MUI Propinsi Maluku Abdullah Latuapo mengatakan kepada wartawan pada Senin (29/10) bahwa para tokoh agama, masyarakat dan pemerintah setempat bekerjasama dengan baik untuk turut menyukseskan Pesparani Katolik Nasional I.

“Bagaimana Maluku bisa kita jadikan sebagai laboratorium perdamaian, pembinaan umat beragama supaya Maluku bisa menjadi tempat belajar tentang perdamaian dan merawat perdamaian bukan hanya secara nasional tapi kita juga inginkan secara internasional,” katanya.

Ia juga mengatakan Propinsi Maluku akan menjadi tuan rumah sebuah kegiatan keagamaan Buddha secara nasional pada 2019. “Para tokoh agama membuat pernyataan dukungan. Sehingga kita betul-betul mewujudkan kerukunan antarumat beragama,” tegasnya.

Kontingen dari Propinsi Papua untuk kategori paduan suara campuran dewasa saat mengikuti lomba pada Selasa (30/10) di Gedung Taman Budaya di Kelurahan Amantelu. (Foto: Katharina R. Lestari/ucanews.com)

 

Sementara itu, Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) Pendeta A.J.S Werinussa menegaskan bahwa semua kegiatan keagamaan termasuk Pesparani Katolik Nasional I membawa rahmat bagi para penganut agama.

“Kenapa? Karena pesannya adalah pesan untuk damai dan rukun,” katanya.

“Banyak hal yang kami dapat, bukan saja materi … tapi yang paling penting rasa persaudaraan, saling mengenal. Kita sudah capai persaudaraan sejati saat pembukaan itu. Tinggal nanti penutupannya,” lanjutnya.

Pesparani Katolik Nasional I diawali dengan Misa Konselebrasi yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo – selaku ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) – pada Sabtu (27/10) sore di Lapangan Merdeka dan dilanjutkan dengan upacara pembukaan yang secara resmi dipimpin oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignatius Jonan.

Lebih dari 7.000 umat Katolik dari 34 propinsi mengikuti Pesparani Katolik Nasional I bertema “Membangun Persaudaraan Sejati” yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) dan akan berakhir pada 2 November.

Ada 12 jenis mata lomba untuk Pesparani Katolik Nasional I, yakni paduan suara dewasa campuran, paduan suara dewasa pria, paduan suara dewasa wanita, paduan suara gregorian dewasa, paduan suara gregorian anak dan remaja, paduan suara anak, menyanyikan mazmur anak, menyanyikan mazmur remaja, menyanyikan mazmur dewasa, bertutur Kitab Suci anak, cerdas cermat rohani anak dan cerdas cermat rohani remaja.

Sebelumnya, Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC menyebut Pesparani Katolik Nasional I sebagai “altar perdamaian dan kerukunan.”

“Jadi Pesparani ini merupakan sebuah pewartaan betapa penting kerukunan antar-umat beragama. Jangan jadikan agama (sebagai) sumber pertentangan, tetapi agama (sebagai) sumber perdamaian. Dan ini akan dinyatakan oleh Pesparani,” kata prelatus itu.

Menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Propinsi Maluku I Nyoman Sukadana, penyelenggaraan kegiatan keagamaan berskala nasional seperti Pesparani Katolik Nasional I menunjukkan bahwa “umat beragama di Maluku kini telah berkembang pesat.”

“Sehingga tidak muluk-muluk rasanya jika Pemerintah Daerah Propinsi Maluku ingin menjadikan Maluku sebagai laboratorium perdamaian,” katanya.

Ia berharap kegiatan-kegiataan keagamaan nasional lainnya juga akan digelar di Propinsi Maluku untuk tahun-tahun berikutnya.

Senada, Ketua Perwakilan Umat Buddha (Walubi) Propinsi Maluku Wilhelmus Jauwerissa mengatakan penyelenggaraan Pesparani Katolik Nasional I di Kota Ambon turut “mendeklarasikan Kota Ambon sebagai kota yang harmonis, toleran dan humanis.”

Tidak hanya para tokoh agama yang menyambut baik penyelenggaraan Pesparani Katolik Nasional I di Kota Ambon melainkan juga masyarakat setempat.

Dari kiri: Ketua LP3KN Adrianus Meliala, Ketua Walubi Propinsi Maluku Wilhelmus Jauwerissa, Ketua MUI Propinsi Maluku Abdullah Latuapo, Direktur Urusan Agama Katolik Dirjen Bimas Katolik Aloma Sarumaha, Ketua Sinode GPM Pendeta A.J.S Werinussa, dan Ketua PHDI Propinsi Maluku I Nyoman Sukadana berfoto bersama pada Senin (29/10) di Gedung TVRI di Kota Ambon. (Foto: Katharina R. Lestari/ucanews.com)

Filoa M. Kaimudin, seorang wanita Muslim asal Desa Waringin, mengatakan penyelenggaraan kegiataan keagamaan Katolik itu juga melibatkan umat beragama lain termasuk Muslim.

“Kalau ada acara begini bagus. Ini mengajarkan kita untuk hidup rukun dan bersatu. Semua hal tidak harus dilihat dari agama. Agama harus menyatukan semua orang,” katanya kepada ucanews.com.

Ia berharap kerukunan antarumat beragama terus terjalin. “Kami mau orang lain melihat bahwa Maluku sudah berubah. Kami di sini tidak mau buat ricuh, kami mau hidup rukun,” lanjutnya.

Leave a Reply

Scroll to Top