Dalam penerbangan kembali dari Uni Emirat Arab, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Dokumen Persaudaraan Manusia adalah langkah maju – langkah yang, bagi umat Katolik, berakar dalam Konsili Vatikan Kedua.
Dokumen yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar al-Azhar, Ahmed el-Tayeb, menurut laporan Christopher Wells dari Vatican News, disiapkan “dengan banyak refleksi dan doa,” kata Paus Fransiskus.
Satu bahaya besar saat ini, lanjut Paus, adalah “kehancuran, perang, kebencian di antara kita.” Menurut Paus, “Jika kita umat beriman tidak dapat berjabat tangan, saling berpelukan, saling berciuman, dan bahkan berdoa, iman kita akan dikalahkan.”
Dokumen itu, jelas Paus, “lahir dari iman akan Allah yang merupakan Bapa dari semua orang dan Bapa dari perdamaian; dokumen itu mencela semua kehancuran, semua terorisme, dari terorisme pertama dalam sejarah, yaitu Kain.”
Bapa Suci mengatakan, dari sudut pandang Katolik, Dokumen Persaudaraan Manusia “tidak terpisah satu milimeter pun dari Konsili Vatikan II … dokumen itu dibuat dalam semangat Konsili Vatikan II.” Di kalangan umat Islam, kata Paus, ada berbagai pendapat, “tetapi itu suatu proses juga bagi mereka.”
Berbicara tentang pertemuannya dengan para pemimpin Muslim, Paus Fransiskus mengatakan kata-kata kunci yang dia bawa dari perjumpaan itu adalah “kebijaksanaan” dan “kesetiaan.” Paus menegaskan, “Langkah kebijaksanaan dan kesetiaan menuntun kalian membangun perdamaian.” Tentang pertemuan itu sendiri Paus mengatakan bahwa yang tertinggal dari pertemuan itu adalah “kesan berada di tengah-tengah orang-orang yang sungguh bijak. Saya sangat puas.”
Paus Fransiskus juga menjawab pertanyaan tentang surat yang dikirim oleh Presiden Venezuela Nicolás Maduro, yang berusaha memulai kembali dialog dengan faksi-faksi yang bertikai di negaranya. “Saya belum membaca [surat itu],” kata Paus, tetapi lanjutnya, “kita akan lihat apa yang bisa dilakukan.” Paus mengatakan, dia “selalu bersedia” membantu dialog, tetapi kedua belah pihak harus memintanya.
Akhirnya, Paus Fransiskus ditanyai tentang pelecehan terhadap suster – sebuah masalah yang menarik lebih banyak perhatian karena keseluruhan krisis pelecehan di Gereja telah terungkap. Paus mengakui bahwa para imam, dan bahkan para Uskup, kadang-kadang bersalah atas pelecehan di masa lalu.
Paus lalu mengatakan, “Saya percaya itu masih terjadi.” Paus mencatat bahwa Gereja telah membuat kemajuan dalam menangani beberapa kasus, tetapi mengakui banyak lagi harus dilakukan.
Dalam jawabannya, Paus Fransiskus memuji Benediktus XVI atas upayanya untuk menghadapi krisis itu. “Saya ingin menekankan bahwa Benediktus XVI memiliki keberanian untuk melakukan banyak hal mengenai hal ini.” Adalah mitos bahwa Benediktus lemah, tegas Paus Fransiskus. “Dia sama sekali tidak lemah! Dia pria yang baik – sepotong roti lebih buruk daripada dia, dia pria yang kuat.”
Bapa Suci mengatakan bahwa dengan doa, Gereja dapat bergerak maju dalam menanggapi pelecehan. “Saya ingin maju,” kata Paus, seraya menekankan bahwa ada kasus-kasus yang berjalan yang sedang ditangani.(PEN@ Katolik berdasarkan Vatican News)