MENCARI JATIDIRI DISAAT PANDEMI

 

Sebuah perenungan ketika suatu KEWAJIBAN berubah menjadi KEBEBASAN  dimasa pandemi

 

Bagaikan anak sang rajawali

Tinggalkan sarang, lepas dari asuhan induk semang

Kepakkan sayap, menyongsong harapan

Kagumi alam ciptaan Tuhan

 

Siap arungi peziarahan hidup insani

Jelang  harapan yang kekal nan abadi

Dalam asuhan Kasih Ilahi,

Disaat panggilan dihari akhir yang dinanti

 

Sudah dua masa paskah dan masa satu natal kita lewati dimasa pandemi ini.

Kebiasaan-kebiasaan baru harus kita jalani, dengan solusi-solusi peribadatan agar tetap semangat berbakti pada Ilahi bisa kita jalani, tanpa abaikan aturan aturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah dengan tujuan baik adanya.

Mulanya tentu ada rasa asing bagi kita, mengikuti misa dengan hanya melalui livestreaming, menyambut Tubuh Kristus dengan komuni bathin dan puji Tuhan,  sedikit demi sedikit Gereja kita menemukan solusi dan cara-cara yang lebih dihati bagi kita untuk beribadat, walaupun belum sempurna adanya.

Misa offline bisa kita jalani, walaupun dengan batasan-batasan usia yang ditetapkan tak lain untuk mentaati aturan yang ada, sebagaimana wujud kewajiban dan tanggung jawab kita pada sesama.

Mungkin tidak banyak diantara kita yang bisa ikut misa offline, sebab tidak semua umat dapat mengikuti karena adanya kuota guna tetap menjaga kaidah-kaidah protokol kesehatan dengan 5M ( Menjaga jarak, Mencuci tangan dengan sabun, Memakai masker, Menghindari kerumunan dan Menghindari mobilitas ), namun demikian sudahlah cukup untuk mengobati rasa rindu pada gereja kita, dan kita bisa bergantian pada saudara-saudara kita dilingkungannya masing masing, dengan harapan semua dapat merasakan melepas rindu pada romo-romonya, Gereja dan Tuhannya dalam rumah Tuhan yang kita cintai bersama.

Kemudian pelan namun pasti Gereja telah menemukan solusi-solusi yang lebih sempurna dan lebih terasa dengan adanya misa hybrid, dimana anggota keluarga yang ikut misa offline dapat membawakan hosti/SMK untuk keluarganya yang mengikuti misa online dirumah, lebih-lebih dengan diizinkannya melakukan cara PPK SMK misa online, dimana anggota keluarga dengan persyaratan yang telah ditentukan dapat ditugaskan sebagai PPK ( Pelayan Pembawa Komuni ) mengambil Sakramen Maha Kudus (SMK) digereja untuk selanjutnya bisa diterimakan kepada anggota keluarga yang dirumah yang mengikuti misa online.

Dan ini sungguh sangat terasa dan lebih berkesan dari pada misa-misa di Paskah dan Natal tahun lalu.

Begitu juga dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan gereja lainnya sebagaimana kita senantiasa mengikuti periode dan siklus di kalender gereja kita, yang biasanya juga dilaksanakan di pertemuan-pertemuan lingkungan dengan terlebih dahulu disosialisasi oleh paroki sebagaimana perpanjangan tangan dari keuskupan KAJ.

Dalam kondisi normal, tentu saja kita bisa mengadakan pertemuan tatap muka di lingkungan masing masing, dengan mengadakan Misa lingkungan, Doa Rosario bersama di bulan Maria dan bulan Rosario, Pertemuan minggu-minggu adven menjelang Natal ataupun Pertemuan APP diminggu-minggu prapaskah, serta acara-acara lainnya baik yang diadakan seturut agenda dari keuskupan KAJ maupun agenda-agenda Paroki dan komunitas rohani lainnya.

Ketika kita menjalankan dan mengikuti acara-acara tersebut, kadang-kadang kita mengikutinya bukan sekedar kemauan “ disiplin rohani” kita semata, namun ada daya tarik lain yang kita bisa semangat untuk mengikutinya, misalnya ingin berjumpa dengan rekan dikomunitas tersebut, melepas kangen, tukar kabar/ngobrol, atau karena takut ( baca : merasa tidak enak ) ditegur oleh ketua lingkungan/ rekan komunitas lainnya atau dikira tidak mau bergaul dan tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan komunitas.

Bagi kita yang terbiasa  “bermental pekerja” artinya semangat bekerja karena diawasi dan dinilai/diupah maka dimasa pandemi ini adalah masa ” kebebasan” dalam arti melemahnya “disipin rohani” dalam kehidupan dan perkembangan rohaninya.

Seorang anak sekolah/pelajar akan rajin belajar karena mengharapkan nilai bagus, tidak dimarahi guru dan orangtua, tidak ketinggalan kelas, dll yang ketakutan-ketakutan tersebut mengakibatkan dia rajin belajar.

Seorang karyawan/pegawai akan bekerja dengan giat dan berprestasi dengan harapan akan  mendapat pujian dan penghargaan dari atasannya, yang akhirnya akan mendapat nilai/konditue  baik dan akhirnya mendapat kenaikan gaji/upah melebihi rekan lainnya.

Bagaimana dengan kondisi iman dalam kehidupan kerohanian kita, ketakutan akan kegagalan kehidupan kerohanian kita memang tidak senyata dengan seorang pelajar yang sukses belajarnya dan berprestasi atau seorang karyawan yang mendapatkan gaji dan posisi bagus karena prestasinya.

Dimasa pandemi saat ini, segalanya teruji, begitu juga dengan pertumbuhan iman dan kehidupan rohani kita.

Ketika dihari minggu kita tidak ke gereja, kita bisa beralasan ikut misa online, gak dapat jatah kuota dari lingkungan, atau alasan lain yang memang banyak masuk akal dimasa abnormal saat ini, begitu juga bila ada pertemuan-pertemuan komunitas kerohanian melalui zoom conference atau livestreaming lainnya, kemalasan akan mudah muncul karena faktor menariknya jauh lebih sedikit daripada pertemuan tatap muka, dan segala alasan memungkinkan adanya.

Maka bolehlah kita sejenak merenungkan,

Apa yang telah kita peroleh dalam perkembangan kehidupan kerohanian kita selama dan dimasa pandemi ini?

Sepasang burung rajawali, akan membuat sarang ditempat yang tinggi. Disitu dia menaruh telur-telurnya dan mengerami hingga meneteskan anak-anak calon rajawali yang perkasa.

Anak-anaknya akan tetap diberi makan, sampai mereka benar-benar siap terbang kealam bebas dan menjadi rajawali-rajawali yang berkasa seperti induknya.

Saat pandemi ini, kita benar-benar diberikan pelatihan untuk mencoba sayap sayap kita yang mungkin belum sempurna untuk terbang meninggalkan sarang, namun kita harus percaya, sayap-sayap yang kita miliki adalah sayap rajawali, yang lebih siap terbang karena sudah terbiasa tinggal diketinggian, melebihi ketinggian sarang burung-burung lainnya.

Kita diciptakan untuk tidak takut dengan segala kemungkinan, walaupun belum waktu yang ditentukan, kepakkan sayap dan hadapi hembusan angin, maka kita akan semakin terbang tinggi untuk meraih harapan.

“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, (TB Yoh 14:15-16)

Begitulah kita sebagai anak-anak Allah, kita telah tercipta sebagai mahluk-mahluk yang senantiasa optimis, jadikan setiap kendala menjadi sarana memperoleh pahala.

Puji Tuhan, disaat pandemi ini kita telah banyak bisa belajar tentang banyak hal, yang tentu saja bila kita mau untuk tetap mengolah “disiplin rohani” kita, yaitu tetap belajar dan taat tanpa ada yang memerintah, memaksa, menilai atau mengawasi, namun hanya bersandar pada Sang Penolong, yaitu suara Roh Kudus yang telah di anugerahkan kepada kita semua.

Untuk beribadat, kondisi telah menawarkan banyak hal, kita bisa beribadat melalui livestreaming, menyambut komuni bathin, dan dikesempatan yang disediakan kita bisa menyambut komuni melalui misa offline, misa hybrid, bahkan menyambut SMK dirumah dalam misa online, kita haruslah ingat merayakan dan menyambut Sakramen Ekaristi adalah wujud persatuan kita dengan Tubuh dan Darah Kristus, yang akan membawa kita ke kehidupan yang kekal nantinya, juga bentuk doa kita untuk para saudara-saudara kita yang telah mendahului kita, yang mungkin masih di dalam api pencucian, hanya dengan doa dan Sakramen Ekaristi yang kita sampaikan bisa meringankan dan membebaskan mereka.  Maka adalah saat yang disayangkan bilamana kita mengabaikan Sakramen Ekaristi yang harusnya bisa kita terimakan.

Bahkan kita bisa juga melakukan ziarah misa diberbagai tempat dan gereja Katholik, tentu pengalaman yang sangat menyenangkan walaupun hanya sekedar mengikuti misa livestreaming.

Begitu juga dengan siraman rohani harian yang berdasarkan bacaan harian dari kalender liturgi, banyak media elektronik bisa kita peroleh renungan harian, baik sekedar lewat mediasosial group komunitas rohani, aplikasi ( eKatolik, dll ), atau beberapa renungan para Romo yang senantiasa berbagi perenungan kepada kita semua, semuanya akan menguatkan dan memantapkan iman kita.

Untuk pendalaman Kitab Suci dan KATKIT Katekese Katolik juga dapat kita peroleh melalui channel-channel youtube Romo-romo kita dan bahkan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo telah senantiasa memberikan pembelajaran kitab suci kepada kita tiap senin malam melalui  “Api Karunia Tuhan” yang pasti akan menambah wawasan kita tentang Injil-Injil Tuhan.

Apalagi disaat saat sekarang banyak menawarkan webinar-webinar, begitu juga tidak ketinggallan para komunitas kerohanian juga menawarkan webinar yang bertemakan kerohanian dalam gereja Katholik, melalui pembicara-pembicara dari Romo-romo hingga para pelaku iman lainnya, bahkan didalam siaran radio “Oase Katolik” juga siap menemani kita dipagi hari.

Saat kita telah bisa menangkap dan merenungkan pengalaman-pengalaman iman kita, kitapun bisa berbagi pada sesama dalam pelayanan, walaupun mungkin sekedar share, tulisan ataupun doa, dengan harapan sukacita yang kita peroleh juga dinikmati bagi sasama kita.

Itu semua akan menjadikan pahala dan berkat bagi kita, selama kita dapat memanfaatkan kondisi yang dianggap sulit saat ini, untuk menjadi tantangan dan mencoba mengepakkan sayap-sayap kita menangkap hembusan harapan untuk kehidupan kekal nantinya.

Kita semua belum tahu, kapan masa pandemi ini akan berakhir, namun yang perlu kita usahakan adalah jangan sampai saat kita diberi kesempatan mencoba untuk menggunakan sayap-sayap kita untuk terbang,  kita tidak memperoleh apa apa, atau bahkan malah kehilangan iman kita, karena kita hanya mengandalkan sifat “mental pekerja” saja, melakukan sesuatu karena takut dan dinilai, bukan karena mengandalkan “disiplin rohani” yang memang Tuhan sendiri janjikan bagi kita, yaitu seorang Penolong lain yaitu “ Roh Kudus”, melakukan sesuatu karena IMAN.

Tuhan memberkati.

(aspranoto)

Leave a Reply

Scroll to Top