Sabdo dadi

( Oleh : Ch Suroto )

Menjadi tua suatu hal yang pasti. Umur lanjut akhir-akhir ini banyak dibicarakan di kalangan masyarakat. Baik karena mutu kesehatan yang makin lama makin baik atau ketahanan fisik yang semakin baik. Makin banyak kita jumpai dalam berbagai kesempatan, bukan saja di tempat pratek dokter umum, gigi, jantung, mata, juga di beberapa stadion olah raga atau pun lapangan bola dan halaman yang luas guna bersenam menjaga kebugaran jasmani. Bermacam cara orang menanggapi dan menyambut akan datangnya jadi tua (lansia). Demikian pula pada umumnya orang yang lanjut usia menantikan saatnya tiba harus lengser dari pekerjaan rutin sebagai karyawan, pegawai atau pengusaha.

Berbagai cara untuk mempersiapkan masa tua misalnya sebuah perusahaan, pimpinan mempersiapkan bagi karyawannya menjelang pensiun dengan mengadakan test bakat terpendam bagi karyawannya dalam bidang tertentu usaha atau hobi yang selama kerja belum sempat dapat waktu. Sangat mungkin kepandaian dalam bidang tertentu semasa bekerja belum mendapat peluang karena kesibukan dan padatnya pekerjaan rutin yang sangat menyita waktu. Hingga saat pensiun, hobi atau pekerjaan di luar rutinitas dapat berkembang menjadi besar atau setidaknya dapat menunjang dan dapat menghasilkan manfaat. Ada pula karena waktunya sudah tersita penuh sepanjang hari pada kerja dimana dia berkarya, pensiun suatu harapan yang ditunggu-tunggu tiba saatnya menikmati hasil jerih-payah usahanya. Kenyamanan didambakan saat istirahat bersama keluarga. Tetapi juga tidak jarang pensiun/berhenti kerja merupakan momok yang menakutkan sebagian orang yang masih punya kewajiban pada keluarganya, sehingga harus menciptakan lapangan kerja yang baru.

Seperti yang saya alami, semasa usia jelang tua, sangat mendambakan datangnya pensiun. Betapa nikmatnya kebebasan tak terikat pada rutinitas kerja, bangun pagi-pagi, berangkat kerja, pulang sampai di rumah malam, seluruh waktu tersita pekerjaan. Bahkan kadang-kadang urusan keluarga pun kurang dapat perhatian. Tiga bulan, enam bulan pertama pensiun, suatu kenyamanan yang luar biasa saya rasakan, kebebasan mutlak  tidak ada keterkaitan pada waktu, kerja, rutinitas, tanggung-jawab, bahkan segala urusan tetek-bengek kantor, umpatan, makian kalau berbuat kesalahan. Merdeka … ! Sering cucu menyindir: “eyang kayak anak kecil… masih sore sudah tidur, bangun siang banget”!  Ha-ha-ha.

Hingga kini sebenarnya kebebasan itu sifatnya sementara. Setiap hari sepanjang waktu saya menyaksikan betapa banyaknya pekerjaan rumah yang pada umumnya dikerjakan istri, sementara bapak santai nonton tv setel radio bermalasan. Pasti tidak jarang istri jadi sewot. Intinya dalam kehidupan berumah tangga yang harmonis ya semua pekerjaan itu jadi tanggung jawab bersama, kita kerjakan bersama sambil bercanda, senandung, cerita hal-hal yang lucu, itu semua menjadikan pekerjaan seberat apapun jadi ringan. Satu pertanyaan dari istri hingga sampai sekarang saya sulit menjawab ketika saya bilang cuti, istri nyeletuk lha saya kapan cutinya? Dengan wajah menerawang membayangkan pekerjaan akan bertambah berat. Adalah kebiasaan saya setiap cuti pasti bepergian keluar kota berhari-hari. Dalam pikiran menyenangkan keluarga. Sudah pasti cucian menumpuk.

 

Tua

Banyak arti atau pengertian kata tua misalnya buah, sudah tua saatnya dipetik dan dipanen, umur: orang sangat tua, artinya hidup sudah puluhan tahun. Bangunan bersejarah misalnya candi, sudah sangat tua artinya perlu dirawat dilestarikan, pusaka keris, tobak, rencong, kujang, Mandau, pedang; peninggalan yang sangat tua artinya penunjukan zaman pembuatan. Ada bidang lain tua menunjukan kerapuhannya misalnya bangunan rumah, prasasti, mesin dan lain-lain yang menunjukkan bangunan tersebut harus direnovasi.

Sebagaimana setiap jenjang umur, demikian pula umur tua walaupun banyak keluhan dan penyusutan, tetap merupakan masa yang penuh rahmat dan hadiah amat berharga dari Allah Sang Pencipta kita, yang perlu dipelihara dan dirawat dengan saksama. Suster Melanie Giniyati,CB dalam Melodi edisi 02/XIV menurunkan tulisan:

 

Ciri-ciri Lansia Bahagia, antara lain:

Bersyukur : menjadi tua adalah rakhmat, berkat, anugerah Tuhan yang patut disyukuri karena kita sudah mengalami masa muda penuh dengan suka duka, mencintai dan dicintai.

Hidup dekat dengan Tuhan : Pengalaman yang sudah atau akan kita hadapi kita persembahkan pada Tuhan, menyandarkan harapan pada Tuhan setiap hari.

Damai, hatinya gembira, pasrah, menerima apa adanya, tidak suka protes dan bersahabat, ini rasa dan perasaan lansia yang percaya akan kuasa Allah semesta alam, berharap dan selalu bersyukur segala rakhmat yang telah dan akan diterimanya.

Periode selama usia lanjut ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap orang menyebut ada istilah uzur, tanda kurangnya pendengaran, penglihatan, jadi pelupa sulit mengingat nama orang, ketahan phisik sangat merosot, dan sering berbuat yang aneh-aneh, jadi esentrik kurang rasa kepedulian, tampak terasing/mengasingkan diri dalam pergaulan sosial. Satu hal yang perlu jadi perhatian lansia yang sudah masuk periode uzur, janganlah hati dan pikiran kita ikut uzur. Tua berarti syarat dengan kebijaksanaan.

Dalam kisah pedalangan wayang purwo, yang ditiru presiden RI ke dua Bapak Soeharto ketika beramah tamah dengan media cetak dan media visual, beliau mengatakan niatnya “Saya akan lengser keprabon tedhak ing pucuking hargo madheg amandito” (saya akan mengundurkan diri dari pemerintahan, bertapa di puncak gunung jadi pandita) -orang tua yang jadi nara sumber segala pengetahuan pemerintahan, keutamaan, penasihat para pejabat negara-. Itu ajaran Jawa kuno yang adi luhung. Suatu pernyataan yang sarat makna. Bagi sebagian orang Jawa nasihat itu merupakan tauladan bagi setiap manusia. Hendaknya lansia menjaga kata dan perbuatan, mengacu pada keutamaan tindak, tingkah laku utama, punya ambeg paramarta. Setiap kata lansia merupakan doa. Maka hati-hatilah kalau berkata, kata manis lebih sejuk didengar dari pada cercaan atau sindiran. Sebagai contoh Presiden Soeharto di lengserkan rakyat bukan undur diri seperti yang dikatakannya didepan kalangan pers, karena ketamakan dan kesrakahannya. Kata orang tua itu dapat disebut “Sabdo dadi” setiap kata itu insya Allah terkabul. Amin!

Leave a Reply

Scroll to Top