Mutiara Dalam Kitab Suci

( Oleh : Lubertus Agung, S.Fil )

Saya mengawali  tulisan  ini dengan sebuah cerita dengan judul  “Kisah Sebuah Arloji”.

Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tak  disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam diantara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh dan mempersalahkan keteledoran dirinya sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.

Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tidak diketemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat lesu meninggalkan bengkel kayu itu.  Saat itu seorang anak yang sejenak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi si anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

Bagaimana caranya engkau mencari arloji itu? Tanya si tukang kayu. Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya mendengar bunyi tik tak, tik tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada.

 

Kita semua tahu mutiara. Mutiara adalah permata berbentuk bulat dan keras, berasal dari kulit kerang mutiara, terbentuk karena ada benda atau pasir yang masuk ke dalam tubuh kerang itu kemudian diselubungi oleh kulit ari. Juga merupakan sesuatu yang sangat berharga. Lalu ada istilah  mutiara hati. Artinya sesuatu yang sangat disayangi (seperti kekasih, anak kesayangan). Mutiara tersebut tentu dicari orang karena bisa merubah kondisi hidup seseorang secara materi.

Kitab Suci merupakan mutiara iman yang mendasari seluruh rotasi kehidupan umat Kristiani. Di dalam Kitab Suci termuat Firman Allah yang perlu kita baca dan renungkan. Dari Kitab Suci kita akan tahu bagaimana kita sesunggunhya hidup sebagai  orang beriman, dan kita juga akan menemukan makna hidup kita yang sebenarnya. Di dalam Kitab Suci kita juga akan tahu dari mana kita berasal dan  kemana kita pergi. Kitab Suci sesungguhnya mendapat tempat utama di hati kita. Karena di dalam Kitab Suci sudah tertulis semuanya mengenai asas-asas kehidupan kristiani kita. Keutamaan-keutamaan kristiani kita. Misalkan soal Hukum cinta kasih, perhubungan keluarga kristen, tanggung jawab kristen, hikmat Surgawi, hal bersaksi orang kristen, nikah dan cerai, dan banyak lagi dasar-dasar  lainnya yang menjadi pegangan hidup kita. Namun persoalannya ialah apakah kita mencintai Kitab Suci?  Atau, Apakah kita membaca Kitab Suci hanya pada bulan September saja karena ada aturan Gereja? Ataukah membaca kitab Suci setiap hari sebagai “santapan” lezat bagi hidup rohani kita atas kesadaran pribadi? Dan persoalan lain adalah apakah kita memahami bahasa Tuhan dalam kitab Suci? Tentu berbagai macam pertanyaan yang muncul untuk menggugah kesadaran hati kita untuk benar-benar menjadikan  Kitab Suci sebagai bagian dari hidup kita. Membaca Kitab Suci tidak perlu dipahami secara akal budi saja. Karena untuk memahami Kitab Suci membutuhkan studi khusus. Mungkin banyak Firman Tuhan yang kita tidak mengerti, tetapi tidak perlu disangsikan lagi bahwa Kita Suci berisikan kebaikan dan kebenaran. Ia menjadi sumber dan jalan iman menuju Allah. Firman Tuhan bisa dimengerti dengan hati bening dan pikiran jernih karena dengan itu Allah berkenan hadir di dalam hati kita. Untuk memahami bahasa Tuhan dalam Kitab Suci, kita perlu menghargai sebuah keheningan, membaca dan merenungkan Firman Tuhan dalam keheningan.

Si tukang kayu dalam cerita tersebut di atas sungguh-sungguh merasa bahwa arloji yang ia pakai adalah bagian dari dirinya. Karenanya ketika arlojinya jatuh, ia berusaha mencarinya. Demikian juga Kitab Suci adalah bagian penting dari hidup kita karena berisikan Sabda Tuhan. Kita hendaknya berusaha mencari dan menemukan harta kekayaan dalam Kitab Suci. Di sanalah kita mengetahui bahwa apa yang kita alami tidaklah mutlak. Hanya Allah yang mutlak. Keyakinan mendasar “falsafah” yang terdapat dalam Kitab Suci ialah bahwa dunia dan hidup manusia sungguh-sungguh mempunyai makna dan mengarah kepada kepenuhannya, yaitu dalam diri Yesus Kristus. Misteri Penjelmaan akan selalu merupakan titik referensi yang sentral untuk memahami teka-teki atau rahasia esksistensi (keberadaan) manusia, dunia ciptaan, dan Allah sendiri. Si tukang kayu sudah berusaha mencari arloji kesayangannya namun tidak diketemukannya. Dia memang menyadari bahwa  arloji itu miliknya. Tetapi cara untuk menemukannya ia tidak tahu. Ia hanya menggunakan tenaga lahiriahnya tanpa mengenal  sungguh-sungguh keberadaan arlojinya. Ia tidak memiliki hati yang tenang dan tidak menyadari bahwa mencari sesuatu membutuhkan sebuah keheningan. Dia tidak tahu bahwa arloji itu ada detakan bunyi dari dalam dirinya. Sementara si anak kecil mengenal betul jantung dari sebuah arloji yaitu detakan bunyinya. Maka dengan tenang ia mencari dan menemukan arloji dalam waktu yang singkat.  Secara fisik Kitab Suci sudah dikenal seluruh umat dan bahkan menjadi miliknya. Dan Kitab Suci dalam kepercayaan kita menjadi salah satu sarana yang dipakai dalam pernikahan. Itu pertanda bahwa Kitab Suci menjadi dasar  dan bagian yang hidup dalam kehidupan berkeluarga. Mungkin kita tidak menyadari bahwa Kitab Suci “jantung” dari kehidupan iman yang mengarah  kepada kebaikan dan kebenaran.  Atau “roh”  kehidupan kita untuk lebih dekat dan bersatu dengan Tuhan. Dikatakan roh Karena di dalamnya berisikan Firman Tuhan Sang Penyelamat yang penuh misteri. Perlu kita sadari pula bahwa Kitab Suci tidak sekedar dipandang bahwa itu terbuat dari tumpukan serbuk kayu yang kemudian diolah  menjadi kertas yang bagus, tetapi lebih dari itu di dalammnya berisikan mutiara iman dan ajaran-ajaran moral dan spiritual kehidupan kristiani kita.

Kitab Suci juga hendaknya dipandang sebagai  buku iman. Karena merupakan buku iman, maka membaca Kitab Suci pun membutuhkan suasana hening, tenang, dan penuh percaya akan Sabda Tuhan yang kita baca dan renungkan. Karena hanya dalam keheningan itulah Sabda Tuhan dapat kita resapi. Kita dapat menangkap arti dan makna Firman Tuhan. Kita hendaknya menjadi seperti anak kecil dalam cerita tadi yang dengan tenang mendengar detakan arloji dalam tumpukan serbuk  yang tinggi. Kita juga hendaknya mengenal sesungguhnya yang berfirman dalam Kitab Suci dan apa isi Firman itu. Tentu untuk mengenal dan mengetahui isi Firman Tuhan itu dibutuhkan suatu keheningan batin. Sering kali kita tidak mendengar bisikan Tuhan melalui Kitab Suci karena mungkin kita terlalu sibuk dengan berbagai macam urusan duniawi. Keheningan adalah pekerjaan rumah yang sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam 1001 macam “kesibukan dan kegaduhan” . Ada baiknya kita menenangkan diri terlebih dahulu sebelum mulai membaca dan merenungkan Sabda Tuhan, sehingga kita bisa memahami dan menangkap pesan  Tuhan  dalam Kitab Suci tersebut. Kita berusaha untuk menemukan mutiara sesungguhnya dalam Kitab Suci dan menjadikan Kitab Suci sebagai sahabat dekat kita yang membawa kita kepada kesempurnaan hidup.

Foto : Heribertus Eric Wagolebo (Fotografer Santa Odilia – KFO) ~ Lomba Kitab Suci Dewasa 2014

Leave a Reply

Scroll to Top