Dalam masa pra paskah ini, sudah selayaknya kita mempunyai target dan rencana, merenungkan sejauh mana yang sudah kita lakukan bagi sesama, terutama sepanjang perjalanan hidup kita masing-masing, sehingga kematangan spiritualitas kita akan menjadi lebih baik dan meningkat, Jumat 13 Maret 2020, Jam 19:30 Pertemuan Kedua “ APP / Aksi Puasa Pembanguan” di lingkungan Sto. Lukas Serdang Asri 1 dan 3, wilayah Citra 3, diadakan di kediaman keluarga Bapak Hendra / Ibu Henny di Serdang Asri 3.
Pertemuan kali ini, sebagai fasilitator dibawakan oleh Ibu Astuti bersama Ibu Lanjar, sebagai usaha kita agar semua dapat berpartisipasi dan menambah suasana hidup dalam pertemuan kita, maka dibagi kedalam 3 kelompok, yang mana secara bergantian membacakan sesi-sesi dalam buku panduan, dan dilanjutkan dengan diskusi, tanggapan dan sharing, sehingga dengan adanya saling isi dan melengkapi, harapan kita semua, iman kita makin tumbuh dalam bimbingan Kasih Yesus.
“Menjadi gembala yang baik” adalah tema pertemuan ke 2 APP minggu ini, dalam tema ini kita dipanggil untuk berefleksi atas setiap pilihan kecil dalam gaya hidup kita sehari-hari, teristimewa dengan kepedulian kita pada sesama, dan meninggalkan ke-egoisan kita, yang selama ini kita pandang sebagai hak pribadi kita yang tidak boleh digugat oleh siapapun.
Salah satu peserta menyoroti dengan kejadian-kejadian kecil yang tanpa kita sadari bahwa kita telah merampas hak orang miskin, misalnya dengan mengambil banyak makanan pada saat acara makan, baik dirumah, lebih lebih pada saat pesta, namun tidak menghabiskan makanan yang telah diambilnya, dan akhirnya sisa makanan berakhir dalam keranjang sampah. Poin yang perlu kita sadari adalah, kita telah merampas hak orang miskin dan kita telah memboroskan sumber daya alam dengan sia-sia.
Kemudian peserta lain menyoroti beberapa keserakahan kita yang tanpa sadar kita lakukan dan itu menjadi kebiasaan dan menganggapnya hal tersebut sebagai hak yang mutlak kita miliki, kita merasa tidak cukup dalam hal materi sehingga nyaris kita tidak menyisakan pada si miskin.
Sebagai contoh kasus adalah ketika pemerintah mengambil kebijakan penghapusan/pengurangan penggunaan minyak tanah dan diganti dengan penggunaan gas alam. Ketika pemerintah membagikan gratis tabung gas 3 kg bersubsidi, untuk kalangan masyarakat tingkat bawah, ternyata kita-kita yang seharusnya sudah layak sebagai warga yang mapan dan mampu menggunakan gas alam dalam ukuran normal, 12 kg, kita masih serakah ikut ambil jatah gratis gas kemasan 3 kg tersebut, dengan alasan “ini juga hak kita” sebagai warga negara. Dan lebih miris lagi ada sebagian pengusaha yang berbuat kotor, yaitu memborong / menahan gas 3 kg yang bersubsidi untuk dituangkan kedalam tabung 12 kg, dengan tujuan memperoleh keuntungan dari selisih harga yang seharusnya sebagai subsidi pemerintah yang diberikan bagi si miskin. Contoh lain adalah implementasi Bantuan Tunai Langsung ( BLT ) yang tidak tepat sasaran, dan masih banyak lagi. Harapan kita dari lingkungan gereja, baik kita sebagai pribadi dan umat pada umumnya, dapat menyalurkan sumbangan- sumbangan dari gereja kepada orang yang tepat dengan penggunaan yang tepat pula. Kita harus mempunyai tekad untuk itu semua bila kita akan mewujudkan cita cita kita “ Kita adil, bangsa sejahtera”
Semangat “ berhentilah makan, sebelum kenyang” dan “Berusaha merasa cukup dalam hal materi, agar kita bisa berbagi” adalah harus senantiasa kita tanamkan dalam tujuan hidup kita.
Juga ada peserta lain yang menyoroti Yehezkiel 34:2-6, 11-12. dalam bagian Inspirasi Sabda. “Tuhan Gembala yang baik, melawan gembala-gembala yang jahat. Melalui nas dalam kitab ini, kita diajak untuk ber-refleksi, Apakah kita sebagai pengurus atau Ketua lingkungan sudah berlaku adil pada umat kita, teristimewa yang tersingkir atau lupa akan jalan Tuhan, demikian juga dalam tingkatan lebih tinggi, wilayah terhadap lingkungan, Paroki terhadap semua lingkungan dan umatnya, Dewan Kategorial pusat terhadap seksi-seksi dibawahnya, dsb . Mungkin diantara mereka ada yang sedang kilaf melakukan kesalahan baik sengaja atau tidak sengaja, laksana domba yang hilang dari kawanan.
Apa tindakan kita ?,
Apakah kita sudah bisa berlaku sebagai gembala yang baik sebagaimana Yesus tauladankan pada kita ?,
Atau justru kita malah menyingkirkan, mengintimidasi bahkan mematikan mereka, seolah olah tidak ada jalan lagi untuk kembali pada jalan-Nya, sebagaimana dilakukan oleh gembala-gembala yang jahat.
Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman. (TB Yeh 34:3-4)
Sebagai penutup pertemuan kami kali ini, kita diingatkan, mengenai awal Hawa jatuh kedalam dosa, yaitu karena “Keserakahan” dia ingin menyamai Allah dengan cara memenuhi anjuran/bujukan iblis lewat si ular, yang seharusnya bisa dia hindari karena sebenarnya “ia sudah berkecukupan”. Sayangnya lagi si Adam yang tahu hal tersebut justru ikut-ikutan, tidak memperingatkan, sedangkan dia sebenarnya juga sudah tahu apa resikonya.
Semoga pertemuan kali ini juga dapat mengingatkan kita akan firman Tuhan yang sama-sama sering kita tahu dan pahaminya, namun sering kali kita tidak tekun melaksanakannya.
Selamat berjumpa kembali dalam pertemuan APP ke 3 di lingkungan Sto. Lukas, semoga perenungan dalam masa APP tahun ini, dapat meningkatkan level “ Spiritualitas kita” teristimewa implementasi Sabda-sabda Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan memberkati. Amin
Santo Lukas – Doakanlah kami.
( Alsprant )