Keheningan dalam menyambut Sang Raja di Gerbang Yerusalem

Ada rasa yang berbeda antara suasana masa prapaskah tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya,  khususnya di gereja kita Santa Odilia – Paroki Citra Raya.

Kerinduan akan suasana suka cita dalam minggu Palma menyambut kedatangan Yesus Sang Almasih masuk gerbang Yerusalem, dengan mengeluk elukkan daun palma dan semangat melantunkan lagu  “Yerusalem Lihatlah Rajamu”

Di kala Yesus disambut di gerbang Yerusalem

Umat bagai lautan, dengan palma di tangan (2x)

Gemuruh sorak dan sorai: Kristus Raja Damai

Yerusalem, Yerusalem, lihatlah Rajamu

Hosana, terpujilah, Kristus Raja Mahajaya (2x)

Tak dapat kita rasakan dalam kemeriahan masa paskah tahun ini, namun hanya mampu kita deraskan dalam doa bersama keluarga, dalam panduan dari Misa dari Gereja Katedral Jakarta melalui siaran langsung stasiun TVRI maupun Live Streaming.

Namun demikian para romo gereja Sta. Odilia yang senantiasa kita rindukan suara dan candanya yang penuh makna serta pesan-pesannya dalam setiap homilinya tetap setia menjalankan ritus-ritus upacara tersebut, walaupun dalam kesederhanaan dan tanpa ditemani umat, atau hanya beberapa umat yang kebetulan mengurusi pemeliharaan gereja.

Pohon palma di letakkan di meja-meja umat, diberkati sebagai makna, kita sebagai umat hadir disana walaupun tidak dalam rupa raga, namun hanya doa-doa sarat makna yang mampu kita rasa ketika kita juga hanya mampu beribadat bersama keluarga kita masing-masing.

Makna kesederhanaa namun tetap menjalin hubungan secara intim dengan Allah tetap akan menjadi semangat bagi kita semua, agar apa yang tertulis dalam firman Tuhan tidak kita maknai hanya rupa kemewahan dan kemeriahan belaka.

Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (TB Mat 6:6)

Terlihat Salib besar di gereja yang seharusnya disaat hari Minggu Palma, “Mengenang Sengsara Tuhan” ini tertutup kain warna ungupun sebagai tanda Yesus masih mengembara diantara kita,  tidak sempat dilakukan, karena terkendala kepatuhan pada kebijakan social distancing, yang sama-sama harus kita taati sebagai bentuk lain ketaatan akan iman kita.

Walaupun demikian bukanlah kita melalaikan pernik-pernik aturan gerejani, tapi justru menandakan bahwa Yesus tetap hadir diantara kita, dalam gereja dan rumah-rumah kita, menguatkan kita dan merasuk dalam hati kita semua untuk dapat menjalin hubungan secara pribadi dalam sentuhan kesederhanaan jauh dari kesan hingar bingar keceriaan yang biasa kita ciptakan disaat saat paskah sebelumnya.

Kesibukan dan kemeriahan yang sering kita ciptakan, serta penggalangan dana dengan semangat mencari dana yang sebesar-besarnya yang akhirnya secara tidak sadar kita terjerumus bukan pada eksistensi yang utama, namun lebih menunjukan kepada nafsu eksistensi diri dan aktualisasi diri ataupun kelompok yang lebih dominan kita kedepankan.

Seruan Yesus ketika akan menghadapi maut :

“Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

(TB Mat 27:46)

Hanya mampu kita suarakan dalam hati kecil kita, karena kita menyadari bahwa apa yang terjadi akhir-akhir ini, mungkin kita juga andil didalamnya.

Selamat mempersiapkan paskah tahun ini, dengan warna yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kelak pasti kita akan berjumpa lagi di gereja kita, Paroki Santa Odilia dengan tampilan yang lebih menyejukkan, mengajak kita untuk lebih berdamai dengan alam.

Nampak deretan kijang-kijang dalam rupa tanaman yang telah dipersiapkan oleh romo-romo kita yang kita citai dan rindukan bersama beserta para pegawai-pegawai gereja yang dengan tekun dan setia tetap menjaga gereja kita, teristimewa dalam situasi yang memprihatikan akhir-akhir ini.

Berikut beberapa foto-foto suasana keheningan di gereja kita tercinta:
https://bit.ly/MingguPalma20

Emmanuel – Tuhan senantiasa menyertai kita semua.

Santa Odilia – Doakanlah kami. Amin

( Alsprant )

Leave a Reply

Scroll to Top