MISA DALAM BALUTAN BUDAYA JAWA, TERASA KHIDMAT DALAM MISA INKULTURASI DI GEREJA SANTA ODILIA

 

Gereja Santa Odilia Citra Raya, Minggu 6 Agustus 2023. Suasana Budaya Jawa hadir di Paroki Santa Odilia Citra Raya, Tangerang. Perayaan Ekaristi di Paroki ini, Minggu 06 Agustus 2023, Jam 11:00 terasa lebih berwarna dari biasanya. Hal tersebut karena dalam rangkaian peringatan HUT Paroki Gereja Santa Odilia yang ke 17, juga diadakan  spesial misa yaitu Misa Inkulturasi dalam balutan beberapa etnis, dan pada kali pertama,  minggu pertama komunitas umat Katolik Jawa di Paroki Santa Odilia Citra Raya mengambil bagian dalam Misa Pesta “Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya” dengan balutan Inkulturasi (adaptasi ) dari budaya Jawa.

Misa Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya dengan Inkulturasi budaya Jawa ini dipersembahkan oleh Romo Felix Supranto ,SS.CC, Romo Albertus Hendaryono, Pr dan Frater Agung Nugraha, SS.CC. Misa dimulai pada pukul 11.00 WIB. Prosesi Misa dimulai dengan perarakan penuh khidmat, diiringi oleh paduan suara yang mengenakan busana adat Jawa yang menyanyikan lagu pembuka dengan judul “Sewaka Bakti” dalam alunan gending gamelan musik khas Jawa.

Kehadiran unsur-unsur budaya Jawa sungguh terasa dalam upacara Misa ini. Mulai dari dekorasi altar, busana para umat yang menggunakan busana adat jawa seperti kebaya, batik, kemben maupun blangkon, kemudian musik hingga paduan suara yang diiringi oleh gamelan khas jawa. Bahasa Jawa pun digunakan dalam doa-doa dan beberapa bagian liturgi, seperti lagu-lagu, untuk memperkuat identitas budaya dalam suasana Misa.

Dalam homilinya, Romo Albertus Hendaryono, Pr memaknai Injil Matius 17:1-9 dimana Petrus bersama murid-murid yang lain mengalami pengelihatan akan kehadiran Yesus Kristus bersama Nabi Musa dan Elia. Didalam pengelihatan ini ke-Ilahian Yesus berbeda dengan kehadiran Ilahi pada zaman Nabi Musa dan Elia. Kehadiran Ilahi pada zaman Nabi Musa ketika Allah hadir, bumi berguncang, matahari tidak bersinar dan semuanya menggetarkan jiwa. Kehadiran Allah pada zaman Nabi Elia ditandai dengan angin yang sepoi-sepoi, yang membuat semua menjadi terlena. Berbeda dengan kehadiran Allah dalam diri Yesus Kristus, Allah hadir didalam kedamaian sehingga antara Allah dan manusia bisa dalam kebersamaan. Salah satu ayat didalam bacaan hari ini, menyatakan bahwa dalam awan Allah Bapa mengatakan “ Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia, didepan para murid Yesus, yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya.

Pada saat persembahan, putra altar dan putri sakristi menjemput petugas persembahan yang sudah siap ditengah ruang Gereja. Petugas membawa persembahan roti dan anggur, sebagai wujud bakti dan syukur kepada Tuhan menuju ke depan Altar diiringi penari. Gerakan penari yang lemah gemulai berjalan langkah demi langkah mengikuti irama musik gamelan dengan lagu persembahan berjudul “Den Padha Eling”.

Sebelum berkat penutup, Bapak Yulius Maran selaku Dewan Pengurus Harian (DPH) Peribadatan menyampaikan sambutan singkatnya. Pak Yulius Maran menyampaikan “kegiatan misa inkulturasi yang kita mulai pada minggu ini adalah merupakan Rangkaian HUT paroki kita yang ke-17. Untuk itu atas nama DPH peribadatan juga Liturgi pada umumnya, kami mengucapkan terima kasih pertama-tama kepada Romo Paroki, Romo Felix Supranto, SS.CC dan tim pastores yang telah mendukung dan mempersiapkan rangkaian kegiatan, khususnya misa inkulturasi. Kami yakin dan percaya bahwa iman itu tumbuh dalam budaya, maka ketika kita bisa menghidupkan iman itu dalam budaya dengan menghadirkan budaya didalam gereja. Tentu saja akan sangat membantu melestarikan budaya kita.”

Ditemui Tim Komsos Paroki Santa Odilia Citra Raya seusai misa, Bapa Pramukadi Purwatmojo selaku koordinator Misa Inkulturasi Budaya Jawa, berharap “Semoga Misa Inkulturasi ini menjadi tata perayaan ekaristi yang semakin hidup dan mudah dimaknai. Tidak dimaknai sebagai pengkotak-kotakan umat, lebih merupakan kekayaan dan keanekaragaman umat Odilia dalam hal tata perayaan.”

Misa Inkulturasi Budaya Jawa di paroki Santa Odilia Citra Raya, Tangerang ini telah menunjukkan betapa pentingnya menghargai budaya dalam konteks perayaan iman, memberi ruang kepada umat untuk memperkenalkan diri dan budayanya agar semakin dikenal orang lain. Perayaan inkulturatif ini diharapkan mampu menciptakan kedamaian, kebersamaan dan kerukunan ditengah keragaman budaya sekaligus memberikan contoh dan inspirasi bagi siapa saja yang ingin melakukan hal yang sama untuk mengadopsi pendekatan inklusif dalam merayakan iman dan kebudayaan.

Penulis: Tasya | Dokumentasi: Agustinus Yulianto, Suryo Basuindro & G Ryan Ericko S.

Album foto bisa dibuka dari link berikut: https://bit.ly/InkulturasiJawa_060823

.

 

 

Leave a Reply

Scroll to Top