MENGENAL BUDAYA SUMATERA UTARA MELALUI MISA INKULTURASI DI GEREJA SANTA ODILIA

 

Gereja Santa Odilia, Citra Raya – Perayaan Ekaristi di Gereja Santa Odilia, Citra Raya, Minggu, 27 Agustus 2023 pukul 11:00 tampak lebih meriah dalam suasana yang berbeda sebagaimana misa-misa Ekaristi lainnya. Hal tersebut sehubungan dengan diadakannya Misa Inkulturasi Budaya Sumatra Utara, umat Katolik Paroki Citra Raya yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara, mendapat kepercayaan untuk menyelenggarakan perayaan Misa bernuansa Budaya Sumatera Utara (Sumut).

Komunitas persaudaraan umat Katolik Sumatra Utara yang lebih dikenal dengan nama IKKSU (Ikatan Keluarga Katolik Sumatera Utara), tampak dengan semangat kerjasama dan bersukacita  menunjukkan kekompakannya dalam menyelenggarakan Misa Inkulturasi dalam budaya Sumatra Utara tersebut.

Perayaan Misa Inkulturasi ini merupakan misa Inkulturasi minggu ke empat dalam rangkaian acara menjelang Hari Ulang Tahun  ( Pesta Nama)  Paroki Santa Odilia, Citra Raya yang ke 17 di tahun 2023 ini.

Misa dipersembahkan oleh Romo Sandro Simanjorang, SVD,  Romo Kornelius Bala Koten SS.CC, dan didampingi Frater Stanislaus Kasih Patrick, serta dihadiri lebih dari 1.600 umat, yang memenuhi ruang gereja utama, balkon, sayap kanan, dan sayap kiri gedung serta pelataran depan gereja, nampak penuh dengan umat yang hadir.

Diawali dengan tradisi a la Toba, berupa ritual mangido gondang (meminta gendang). Tradisi ini merupakan ungkapan penghormatan kepada Tri Tunggal Maha Suci, Semesta Alam, Imam dan seluruh Umat.

Gondang pembuka dinamai Gondang Mula-mula, yang mengungkapkan permulaan penciptaan Tuhan. Gondang kedua adalah Gondang Somba. Gondang Somba merupakan ungkapan penyembahan kepada Allah Yang Maha Pengasih, yang disertai doa permohonan berkat agar acara berjalan baik. Kemudian, gondang ketiga adalah Gondang si Bunga Jambu, sebagai gondang pengiring Imam memasuki altar.

Perayaan inkulturasi dimeriahkan oleh paduan suara gabungan masyarakat Sumatera Utara yang berada diseluruh wilayah Gereja Santa Odilia, Paroki Citra Raya.  Dibalut pakaian adat. mereka menyanyikan lagu-lagu berbahasa Indonesia bernuansa lokalitas Sumatera Utara dengan kemeriahan iringan musik berupa gondang bolon yang terdiri dari taganing (drum), serunai, ogung dan uning-uningan seperti kecapi dan seruling, dari depan pintu utama gereja.

Yang tak kalah menarik adalah umat yang hadir juga mengenakan pakaian adat dari berbagai suku atau “puak” yang berada di Sumatera Utara, seperti “puak” Toba, Karo, Simalungun dan Nias. Begitu juga Patung Bunda Maria dan Santa Odilia pun berhiaskan Ulos, nampak serasi dengan suasana saat itu.

Atmosfer Gereja, terlihat ramai dengan nuansa warna-warni ulos yang menghiasi Altar dan aneka sudut Gereja, yang lebih berkesan dan utama, tentu adalah atmosfer rohani yang tergambar dari seluruh rangkaian Misa.

Pada saat persembahan, putra altar dan putri sakristi menjemput petugas persembahan yang sudah siap ditengah ruang Gereja. Diiringi oleh penari anak-anak, petugas persembahan membawa roti dan anggur, arsik ikan mas serta ayam napinadar.

Sebagian besar unsur liturgi menggunakan nuansa dan bahasa Sumatera Utara. Namun ordinarium, persembahan, lagu komuni dan lagu penutup, merupakan kombinasi dari beberapa lagu khas puak-puak yang ada di Sumatera Utara. Pembacaan doa umat, terasa istimewa dimana ujud doa diucapkan dalam berbagai bahasa di Sumatera Utara, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Karo , bahasa Nias, bahasa Simalungun dan bahasa Batak Toba dengan pembaca doa yang berbeda-beda serta serasi dengan pakaian dan bahasa yang dibawakannya.

Dalam sambutan menjelang penutupan Misa, Bapak Yulius Maran selaku Dewan Pengurus Harian (DPH) Peribadatan menyampaikan sambutan singkatnya. Bapak Yulius Maran menyampaikan “Kami atas nama tim liturgi mengucapkan terima kasih banyak yang pertama kepada pastor paroki dalam hal ini Romo Nelis yang telah mendampingi Romo Sandro, kemudian kami juga mengucapkan terima kasih kepada Romo Sandro karena sudah berkenan hadir bersama kami untuk memimpin Misa Inkulturasi Budaya Sumatera Utara. Kemudian yang ketiga, kami juga mengucapkan terima kasih kepada tim penggerak Sumatera Utara untuk Misa Inkulturasi ini. Dan seperti yang pernah saya sampaikan bahwa iman akan semakin berkembang ketika kita hidup didalam budaya.”

Ritual penutup dilakukan dengan gaya Toba, yaitu dengan Gondang Siuk-siuk. Makna ritual ini adalah ungkapan syukur, terima kasih, penghormatan kepada para Imam, sekaligus memohon berkat Tuhan melalui tumpangan tangan Imam.

Tidak berhenti disitu, setelah perayaan ekaristi berakhir, seluruh umat yang hadir diundang menghadiri acara ramah tamah dan gembira bersama khas Sumatera Utara di halaman depan Gereja. Panitia menyediakan group musik yang piawai menyanyikan lagu-lagu khas Sumatera Utara, panitia juga menyediakan kuliner lokal khas Sumatera Utara, dan dapat dinikmati oleh seluruh umat yang hadir.

Setelah makan siang, acara dilanjutkan dengan menarikan tarian-tarian populer dari Sumatera Utara yaitu tarian tor-tor oleh sejumlah umat, lalu dilanjutkan dengan acara Mangulosi atau pemberian Ulos. Ulos ini diberikan kepada Romo, sebagai kenang-kenangan dari umat. Ulos ini dapat menghangatkan tubuh, dan diharapkan menjadi simbol kehangatan antara umat dan Romo.

Ulos adalah kain ikat dan ikatan ini menjadi makna agar terus terikat dalam janji imamat. Diharapkan para Romo terus setia dengan imamat dan terus terikat dengan janji imamat.

Ditemui Tim Komsos Paroki Santa Odilia Citra Raya seusai acara ramah ramah, Ibu Tiaruli Situmorang selaku koordinator Misa Inkulturasi Budaya Sumatera Utara, menyampaikan kesan dan pesannya “Saya sangat terharu karena rangkaian misa sampai acara ramah tamah berjalan dengan baik. Ada kekompakan dan kerjasama yang solid antara tim liturgi Gereja dan tim Sumatera Utara. Awalnya, ketika saya melihat umat yang sangat banyak, saya sempat khawatir dengan makanan yang sudah disiapkan panitia, karena hanya untuk 1.000 jiwa. Tetapi, ternyata semua dicukupkan, semua bisa makan, lega deh hati ini.”

“Saya berharap, semoga diusia 17 tahun ini, Gereja semakin bertumbuh dalam Tuhan, semakin maju, tambah erat persaudaraan di Gereja walaupun kita berbeda-beda suku. Semoga kegiatan misa inkulturasi ini tetap mendapat dukungan. Dan umat Santa Odilia semakin mencintai budayanya di dalam Tuhan.” tambahnya

Misa Inkulturasi bukan upaya menonjolkan budaya tertentu, melainkan cara Gereja memberikan ruang kepada umat untuk memperkenalkan diri dan juga budayanya agar semakin dikenal oleh yang lain. Tujuan akhirnya adalah pertemuan dalam harmoni dan semangat saling menghormati.

Mejuah juah, Njuah-juah, Ya’ahowu, Horas.

.

.

Penulis: Tasya | Dokumentasi: Gabriel Arya Wardana, Edhuardos Panji Purnomo, Gregorius Koko dan Marini Widin

Album foto juga bisa dibuka dari tautan berikut: https://bit.ly/MisaSumut_270823

.

 

 

Leave a Reply

Scroll to Top