Jadikan Janji Nikah sebagai Komitmen Seumur Hidup

Tips Bagi Pasangan Muda:

(Oleh : Yon A.)

Tuhan telah mempersatukan dua hati manusia yang berlainan  jenis hingga keduanya sampai pada momen yang sudah lama dinantikan yakni  pernikahan. Pemberkatan perkawinan di Gereja (Katolik) di hadapan imam, para saksi, dan umat, menandai bahwa kedua insan  itu telah resmi masuk dalam salah satu sisi penting kehidupan yaitu  hidup sebagai pasangan suami-istri  (Pasutri). Mereka diharapkan untuk setia membangun hidup bersama dalam suka dan duka, untung dan malang, seperti yang mereka ikrarkan di hadapan imam. Bagaimana pasangan baru ini nanti  menghadapi tantangan ke depan, karena ada banyak rintangan dan godaan yang menanti? Tapi, jangan takut! Keinginan mereka untuk mengikrarkan janji setia terhadap satu sama lain, bukan pertama-tama  karena hasrat mereka sendiri, tapi karena kehendak Allah yang lebih dahulu memanggil mereka untuk saling mencintai satu sama lain. Dalam hidup  perkawinan keduanya  diikatkan oleh Allah untuk belajar saling berbagi dan melayani, serta mengingatkan mereka untuk setia kepada-Nya. Kesetiaan itu hanya  dapat ditunjukkan dengan menjadikan  ‘janji nikah’  sebagai komitmen bersama seumur hidup hingga maut memisahkan mereka.

Ketulusan mencintai pada awalnya bertujuan saling membahagiakan, namun dalam perjalanan waktu, seiring masuknya pengaruh dari luar, mulailah muncul sifat-sifat asli dan keegoan masing-masing. Tetapi pengaruh dari luar tidak boleh dianggap remeh. Faktor ekonomi dinilai sedikit  banyak berperan mengancam kesetiaan hidup perkawianan,  yang sudah mereka rajut bersama sejak pacaran hingga jenjang pernikahan. Tidak terpenuhi semua kebutuhan hidup berumah tangga kerap kali menjadi pemicu masalah, dan tentu juga faktor orang ketiga.  Namun semua itu dapat dicari jalan keluar jika memohon pertolongan Tuhan. Menghadirkan Tuhan dalam hidup berkeluarga akan membuat keluarga tersebut  menemukan jalan keluar terbaik  atas persoalan yang merundung mereka, terutama pasangan keluarga baru. Perlu ada sebuah keyakinan bahwa dalam perjalanan hidup keluarga, Allah senantiasa tetap menyertai mereka dengan mengutus Roh Kudus  sebagai pendamping.

Setelah menikah biasanya pasangan baru belum memiliki banyak rencana, juga belum memahami apa yang akan dikerjakan sebagai suami-istri dalam masyarakat. Nah, disinilah dibutuhkan seorang pendamping  yang mau meluangkan waktu menjadi konsultan  bagi keluarga baru. Jika keluarga baru  menemukan pendamping atau konsultan yang tepat, maka keluarga itu akan menjalani hidup berumah tangga dengan penuh suka cita,  sebaliknya jika menemukan pendamping yang tidak tepat, maka masalah akan muncul. Meskipun begitu,  hendaklah keluarga baru itu tetap ingat pesan Tuhan saat mereka mengikrarkan janji suci: “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia,” (Mrk 10:9). Kehidupan pernikahan akan terus lestari bila selalu ingat akan  sabda Tuhan ini.

Orang–orang terdekat  yang bisa diajak  untuk berbicara adalah orang tua sendiri, mertua, para saksi pernikahan di gereja, boleh juga orang-orang yang dianggap panutan dalam masyarakat. Mereka bisa dijadikan sebagai konsultan keluarga, karena memiliki pengalaman dalam mengarungi hidup bahtera hidup berumah tangga. Orang-orang yang dipercaya sebagai pendamping atau konsultan sebaiknya mereka yang memang bisa diharapkan mampu mencari solusi yang terbaik bila pasangan muda dirundung masalah. Tetapi keluarga baru juga harus insyaf tidak ada jalan pintas untuk menyelesaikan masalah, semuanya butuh sebuah proses, karena itu diperlukan sebuah kesabaran.

Dalam pengalaman melakukan pendampingan terhadap keluarga muda Katolik selama ini, penulis melihat bahwa banyak dari mereka yang gagal mempertahankan ikatan perkawinan dalam usia perkawinan yang relatif singkat. Kegagalan itu sering dipicu oleh masalah yang sepele tetapi karena masalah  itu terus berlanjut dan tidak ada usaha yang serius untuk mencari jalan keluar yang terbaik, maka lama-kelamaan yang muncul ke permukaan adalah mempertahankan keegoisan masing-masing pribadi. Tetapi juga di satu sisi tidak boleh disangkal bahwa orang-orang yang ada di sekitar pasangan muda itu punya peran untuk memanasi situasi yang membuat hubungan perkawinan itu berakhir dengan cerai. Mestinya selalu diingat bahwa perkawinan itu sesungguhnya terjadi berkat campur tangan Tuhan. Tuhan sendirilah yang mempertemukan mereka dalam ikatan cinta. Karena itu, jangan pernah meninggalkan Tuhan ketika badai sedang menimpa kehidupan perkawinan. Dalam hal ini, sekali lagi ditegaskan bahwa orang-orang yang berada  di sekitar pasangan keluarga muda katolik hendaknya menjadi kosultan yang baik, sehingga perkawinan itu tetap langgeng. Jangan menjadi orang yang ikut memperkeruh masalah.  Ketika badai sedang menerpa, keluarga muda hendaknya tetap ingat pesan Sabda Tuhan: “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu”(Mrk 10:7-8). Pesan yang ingin disampaikan dalam sabda Tuhan itu adalah bahwa Tuhan menghendaki kedua insan itu menjadi satu keluarga yang senantiasa harus dipertahankan seumur hidup.

Keberlangsungan kehidupan perkawinan sedikit banyak juga ditentukan oleh bagaimanana kesungguhan keluarga muda itu terlibat aktif dalam kehidupan menggereja. Ada sebuah fenomena yang sering dialami oleh pasangan muda, yaitu usai menerima pernikahan suci di gereja, mereka jarang ke gereja. Boleh jadi karena mereka sedang menikmati masa berduaan dan mabuk suka cita. Tapi sebenarnya itu bukan contoh yang baik. Pergi ke gereja bukan hanya pada saat kita membutuhkan, tetapi setiap waktu. Karena di gereja  kita merayakan iman dan persekutuan dengan anggota gereja lainnya.

Tetapi di sisi lain, keluarga muda kerap kali sulit untuk  membuat sebuah rencana  setelah menikah, karena harus tinggal bersama orangtua, saudara, atau mertua. Karena sudah lama tinggal di rumah orangtua atau mertua, mereka sering tidak mandiri. Padahal dengan mengikatkan diri dalam sakramen pernikahan mereka diberikan sebuah tanggung jawab yang besar untuk mengurus kehidupan mereka sendiri,  membesarkan dan mendidik anak-anak yang Tuhan titipkan kepada mereka. Karena itu, sangat dianjurkan agar keluarga besar mendorong pasangan muda untuk mandiri. Jangan biarkan mereka menjadi pasangan yang terus bergantung pada orangtua atau mertua. Memang tidak mudah untuk menjadi keluarga yang mandiri. Karena keduanya masih mempelajari karakter pribadi masing-masing, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Diharapkan pada suatu saat mereka bisa saling menyesuaikan diri satu sama lain.

Selama pacaran dan saat  mengikuti Kursus Persiapan Perkawinan (KPP), calon keluarga muda sebetulnya mendapat banyak pengetahuan dari Pembina dan Pastor yang mendampingi mereka selama kegiatan KPP itu. Ada satu poin penting yang selalu digarisbawahi dalam KPP, yaitu anjuran agar pasangan muda untuk bergabung dengan lingkungan yang terdekat setelah menikah. Tujuannya agar keberadan mereka di lingkungan yang baru diakui, sehingga pada akhirnya mereka tumbuh menjadi keluarga mandiri yang beriman. Mereka diharapkan untuk terlibat aktif dalam kegiatan lingkungan, seperti koor lingkungan atau kegiatan doa bersama di lingkungan. Keterlibatan aktif itu niscaya akan membuat iman kekatolikan mereka tetap terpelihara dan terjaga dengan baik.

Bergabung dengan anggota lingkungan lain mempunyai banyak manfaat. Keluarga muda dapat  berbagi pengalaman suka dan duka dengan anggota keluarga lingkungan lain dan belajar untuk saling melayani.  Mengikatkan diri dengan anggota Gereja Katolik yang lainnya akan membantu mereka untuk tumbuh menjadi keluarga Katolik yang kuat dan mandiri di tengah masyarakat yang majemuk. Pentingnya mengokohkan persaudaran dengan saudara yang seiman, karena realitas dalam masyarakat majemuk sering menunjukkan anggota masyarakat yang tidak seiman tidak peduli  dengan persoalan yang dialami oleh anggota keluarga masyarakat yang berbeda keyakinan.

Membangun keluarga muda memang tidak mudah karena ada banyak godaan, misalnya ingin mendapatkan harta benda yang banyak. Tentu kinginan ini dianggap wajar sejauh dapat membantu pasangan itu memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hidup berumah tangga. Tetapi keinginan untuk memiliki harta benda yang banyak dapat dikategori sebagai sebuah godaan karena menjadi batu sandungan dalam hidup berkeluarga. Hendaklah selalu diingat bahwa harta benda adalah sarana yang dapat mendekatkan diri kita kepada Tuhan.  Karena itu jangan pernah melupakan Tuhan dalam persoalan keduniawian. Tuhan akan selalu datang tepat waktu dan membantu mencukupi kebutuhan.

Bertumbuh dan berkembang menjadi keluarga Katolik yang baik memang tidak mudah, rintangan dan tantangan selalu datang silih berganti.  Tetapi sesungguhnya ada banyak sarana yang disediakan Gereja bagi pasangan untuk teguh dalam iman kekatolikan, yaitu Kitab Suci, Salib dan Rosario. Sarana-sarana rohani itu dapat membuat keluarga muda selalu dekat dengan Tuhan. Tetapi yang sering terjadi Kitab suci jarang disentuh, apalagi berdoa Rosario bersama menjadi priortias nomor kesekian. Lewat sarana-sarana itu sesungguhnya Tuhan datang menyertai mereka. Keluarga atau anggota lingkungan dapat mengambil peran untuk mengingatkan pasangan muda itu untuk jangan lupa berdoa.

Dalam hidup berkeluarga ada banyak hal yang dipelajrari oleh pasangan muda, yakni bagaimana mereka belajar  untuk merasakan kasih Allah dan sesama. Dari pelajaran itu akhirnya mereka tahu bagaimana harus mengasih Allah dan sesama dengan tulus. Seberat apa pun persoalan yang dihadapi, semua yakin  akan teratasi pada waktunya kalau membiarkan Tuhan untuk mengatasi masalah tersebut. Keyakinan ini selayaknya menjadi dasar dalam membangun komitmen hidup  berumah tangga.

Setiap pasangan muda memiliki talenta. Tetapi talenta itu akan terus merana kalau tidak dikembangkan. Setiap talenta yang dianugerahkan Tuhan mesti dikembangkan sehingga membawa manfaat bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan dan paroki. Ada banyak kegiatan di lingkungan dan di pusat paroki yang sangat membutuhkan talenta dari pasangan muda.  Segala bentuk partisipasi lewat talenta masing-masing untuk menyemarakkan kehidupan menggereja di tingkat lingkungan, wilayah, hingga paroki, tentu sangat diapresiasi.

Kesediaan pasangan muda untuk membantu perkembangan gereja  lewat talenta yang dimilikinya merupakan sebuah pengorbanan dan ekspresi nyata dari  usaha saling melayani. Inilah cara yang  mungkin dirasakan paling  manjur bagi pasangan muda untuk ikut ambil bagian dalam pengorbanan Yesus Kristus yang tersalib.  Yesus mengorbankan nyawaNya demi menebus dosa-dosa kita umat manusia, agar kita kembali berdamai dengan Allah dalam misteri Paskah. Teladan Yesus ini hendaknya menggerakkan dan menginsiprasikan pasangan muda untuk “berbagi” dan melayani sesama sesuai dengan kemampuan dan talenta masing-masing. Berkat Tuhan yang bangkit senantiasa akan turun berlimpah atas keluarga  muda, bila menyumbangkan sedikit waktu dan tenaganya  untuk kehidupan menggereja, mulai dari tingkat keluarga, lingkungan, wilayah, hingga paroki. SELAMAT PASKAH 2014, semoga Tuhan memberkati.

SKK ST ODILIA CITRA RAYA.

Leave a Reply

Scroll to Top