( Oleh : Fairnienta Raniwesti )
Dalam Kesederhanaan sering ditemukan arti mendalam tentang kefanaan. Bahwa kita hanyalah uap yang sesaat saja ada, kemudian lenyap. Jika begitu, haruskah kita mengisi hidup dengan kesia-siaan belaka?. Atau bahkan iman telah cukup tumpul untuk membuat hidup bertumpu dalam doa?.
Kadang, usia yang matang membuat mata hati kita tertutup, serta lebih peduli tentang apa yang akan kita alami dalam hidup. Bukankah khawatir tak akan menambah sehasta pun dalam hidup?. Lalu bercerminlah dari mata seorang anak tentang arti hidup yang lebih sederhana. Yaitu hiduplah dalam doa.
Sepenggal doa seorang anak adalah nyanyian merdu bagi Allah, karena dalam doanya ada kepercayaan penuh pada Tuhan. Dalam doa seorang anak terdengar cerita panjang tentang perjalanan seharian. Seperti ingin berbagi rasa tentang apapun yang menimpanya hari ini. Mungkin ia sedang bercerita jika ia tadi dimarahi oleh ibunya? Mungkin juga bercerita tentang teman-teman sekelasnya? Atau mungkin perasaan gembira karena nilai 100 yang diperolehnya? Yang jelas, doa menjadi sederhana namun sarat akan makna.
Dari doa seorang anak, kita mampu dibuat mengerti, doa tidaklah serumit yang sering menjadi imajinasi. Itu lahir dari hati nurani yang benar-benar membutuhkan hubungan dengan Tuhan. Bukan soal panjang atau indahnya kata-kata. Bibir mungil yang belum kotor akan pembicaraan dunia. Menyebutkan berulang kali sepenggal doa indah.
Hanya, “Terima Kasih Tuhan”…